MASJID Al-A’la berada di Desa Jatuh Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Didirikan pada pertengahan abad ke-17 Masehi.
Dalam bahasa Indonesia, Al-A’la artinya tinggi. Letak masjid ini memang lebih tinggi daripada jalan di depannya.
Masjid ini punya banyak cerita. Tapi ada satu cerita yang kurang populer, walaupun sebenarnya menarik.
Yakni kebiasaan para pejabat untuk salat tahajud di masjid ini agar hajatnya terkabul.
Biasanya mereka datang untuk meminta kemudahan dalam bertugas atau memiliki hajat hendak naik jabatan dan pangkat.

Kenapa masjid ini menjadi tujuan bagi mereka? Hanya mereka yang tahu.
Kemudian masjid ini memiliki tradisi yang unik yaitu Batumbang. Tradisi ini dilaksanakan setiap hari raya Idulfitri. Para orang tua akan membawa balita atau anaknya untuk menjajaki setiap tangga mimbar. Diiringi selawat kepada nabi.
Tradisi ini dipimpin oleh pemimpin masjid. Orang tua juga menyediakan makanan khas Banjar. Untuk kemudian dimakan bersama-sama.
Dari tradisi ini tersimpan doa dan harapan para orang tau. Agar kelak anaknya mendapat kebaikan sepanjang hidupnya.
Masjid Al-A’la memang sudah terkenal. Masjid ini sudah dijadikan sebagai Cagar Budaya oleh pemerintah.
Selain menyimpan mitos, masjid ini sebenarnya menyimpan sejarah. Dari hasil penelitian M Ilmiyanor, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat dengan judul ‘Nilai Historis Masjid Al-Ala’.
Mengutip penelitian itu, masjid ini menjadi saksi bisu perang melawan Belanda. Dulu masjid ini menjadi “markas” pasukan Baratib. Mereka mengatur siasat di dalam masjid.
Anggota pasukannya adalah rakyat Barabai. Dipimpin oleh seorang penghulu muda. Bernama Yuda Lelana.
Diberi nama Baratib karena pasukan ini selalu menyebut asma Allah dalam setiap pertempuran. Makam penghulu muda tepat berada di belakang masjid. (mal/gr/fud)