GEDUNG Bank Mandiri di Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin Tengah, memiliki catatan sejarah tersendiri.
Pertama, karena gedung ini dulunya kampus pertama Universitas Lambung Mangkurat. Kedua, lantaran menjadi saksi perjalanan bank kolonial. Ketiga, inilah gedung beton pertama yang dibangun di Banjarmasin.

Dosen sejarah FKIP ULM, Mansyur mengatakan, pada era pemerintahan Hindia Belanda di situ berdiri Bank Escompto.
Gedung bank ini dibangun di tengah krisis ekonomi yang sedang melanda dunia. Kita mengenalnya dengan istilah zaman Malaise.
“Sayang, bangunan bank lama tinggal kenangan. Hanya bisa dinikmati dalam koleksi foto lawas. Karena gedungnya sudah berganti,” ujar Mansyur kepada Radar Banjarmasin, belum lama ini.
Nama panjang bank itu Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij (NIEM).
Bank Escompto berdiri tahun 1857 dan mulai beroperasi di Banjarmasin sejak tahun 1927.
Pada zaman penjajahan, Escompto bukan pemain tunggal. Ada empat bank besar yang beroperasi di Banjarmasin. Tiga lainnya adalah Nederlandsch Indische Handelsbank NV, Nederlandsche Handel Maatschappij NV, dan Batavia Bank NV.
Disebut bank besar karena asetnya memang besar. Nederlandsche Handel Maatschappij memiliki aset senilai 280 juta gulden, NV Nederlandsch Indische Handelsbank dengan 158 juta gulden, dan NV Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij dengan 99 juta gulden.
“Ketiga bank ini tidak saja meminjamkan uang kepada sejumlah badan usaha besar, namun juga berinvestasi pada perusahaan perkebunan bersubsidi,” terang Ketua Lembaga Kajian Sejarah Sosial dan Budaya (LKS2B) Kalimantan itu.
Bangunan Bank Escompto sezaman dengan pembangunan De Javasche Bank Bandjermasin (sekarang kantor Bank Indonesia).
Letak kedua bank ini juga berdekatan. Keduanya beralamat di Jalan Boomstraat yang kemudian berganti nama menjadi Jalan Resident de Haan Weg. Sekarang menjadi Jalan Lambung Mangkurat.
“Bedanya adalah bangunan De Javasche Bank lebih tua, diresmikan tahun 1923.
Sementara Bank Escompto baru selesai dibangun tahun 1931,” tuturnya.
Sebelum kantornya rampung dibangun, Escompto beroperasi dari rumah dinas agennya di Banjarmasin. “Rumah ini lokasinya di sebelah kantor Bank Escompto. Karena belum memiliki kantor sendiri sehingga aktivitasnya masih terbatas,” lanjut Mansyur.
Gedung kantor baru diresmikan pada 25 September 1931. “Hanya dalam waktu delapan bulan selesai,” ujarnya.
Karena berdiri di atas tanah rawa, konstruksinya dibikin lebih ringan. Beton bertulangnya dikerjakan oleh firma arsitek dan insinyur terkenal, Fermont and Cuypers.
Surat kabar De Indische Courant edisi 29 September 1931 menulis, gedung bank ini bak permata di tengah rumah-rumah kayu di Banjarmasin.
Sementara Koran De locomotief edisi 17 Desember 1930 menulis, beberapa pegawai Bank Escompto di Semarang dipindahkan ke Banjarmasin.
Dalam acara peresmian, agen Escompto, Mr Spitsbergen memberikan sambutan. Disusul pidato De Jong dari firma Fermont and Cuypers yang datang dari Jawa.
Tamunya adalah Residen Jhr Van Suchtelen. “Fakta ini menarik, karena bank ini justru dibangun di tengah Malaise,” tukasnya.
Pada tahun 1949, bank ini berubah nama menjadi Escomptobank NV.
Ketika pemerintah Indonesia memulai nasionalisasi, bank-bank milik Belanda diambil alih. Menyusul pengesahan Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 yang berlaku surut ke 3 Desember 1957.
“Tahun 1958 berubah nama menjadi PT Escomptobank. Tahun 1960 berganti lagi menjadi Bank Dagang Negara,” terangnya.
Hingga terjadi merger antara Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Export Import, dan Bank Bapindo. “Kemudian diambil alih oleh Bank Mandiri. Merger itu terjadi pada Juli 1999,” tutupnya. (mof/gr/fud)