TANJUNG – Lokasinya di Kecamatan Murung Pudak. Persisnya di Kompleks Pertamina EP Tanjung Field. Tidak jauh dari SMAN 1 Tanjung. Hivianor, 60 tahun, masih ingat betul. Dia sering ke sana untuk menonton film.
Favoritnya adalah Saur Sepuh. Sudah pasti, termasuk film-film yang dibintangi sang Raja Dangdut, Rhoma Irama. “Saya dulu sering menonton ke sana. Setiap hari, ada saja film yang diputar,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin kemarin (24/8).

Meski bioskopnya kecil, tak sembarang orang bisa masuk. Harus memegang tiket khusus, semacam freepass untuk ditunjukkan pada petugas jaga bioskop. Warga Tabalong lainnya, Masrian ingat, dia ingin sekali menonton di sana. Tapi tak bisa karena dia bukan pegawai Pertamina.
“Lagian bioskopnya jauh, di Murung Pudak sana,” kata Masrian. Kini, tembok bioskop dipenuhi coretan grafiti dari cat semprot. Di dalamnya, masih ada sisa-sisa proyektor untuk memutar roll film analog.
Humas PT Pertamina EP Tanjung Field, Ruspandi mengatakan, bangunan Bioskop Permata masih ada sampai sekarang. Tapi sudah lama sekali tak dipakai. “Bangunan kosong. Tidak digunakan untuk apa-apa lagi,” ujarnya.
Lalu, mengapa orang luar tak bisa ikut menonton di sana? Ruspandi menjawab, Bioskop Permata memang dibangun untuk menjadi sarana hiburan karyawan pengeboran minyak dan gas.
Selain untuk menonton film, di sana juga ada sarana olahraga. Khusus untuk warga kompleks. Namun, diakuinya, ada saja yang mengakali pembatasan itu. Kepemilikan freepass yang longgar, membuatnya bisa diperjualbelikan.
“Makanya warga umum juga bisa masuk menonton. Tapi tetap harus membawa kartunya,” jawabnya. Namun, Ruspandi tak mengetahui secara persis, kapan bioskop itu dibuka dan kapan ditutup.
Maklum, saat itu ia belum bertugas di Tanjung. “Saya masuk sudah tak beroperasi lagi. Jadi kurang begitu tahu soal sejarahnya,” tutupnya. (ibn/gr/fud)