Bila lumpur dari surga terciprat ke dunia fana ini, maka rasanya bakal semanis dan selembut kue ini.
Oleh: TIA LALITA NOVITRI, Banjarmasin

LUMPUR surga, salah satu panganan khas Ramadan, kerap menghiasi lapak pedagang wadai di bulan puasa ini.
Kue basah ini diolah dari bahan-bahan sederhana. Seperti telur, tepung terigu, tepung beras, gula, santan, garam dan pandan.
Mudah dikenali oleh lapisan hijau dan putihnya. Hasil dua jenis adonan. Jadi pembuatannya pun dibagi dua langkah.
Penulis mengajak pembaca setia untuk bereksperimen mengolahnya. Yang sudah mahir dan ingin mengoreksi, silakan kirim direct message Instagram ke akun Radar Banjarmasin.
Sebab, ini edisi perdana Kuliner Ramadan yang ditulis pada akhir bulan Syakban.
Sementara Pasar Ramadan baru dibuka mulai hari ini (23/3).
Maka cukup sulit bagi penulis untuk mencari dan mendokumentasikan produk yang sudah siap jual. Jadi tak ada salahnya untuk mencoba mengolahnya di dapur penulis.
Yang pertama mengolah adonan hijau. Tiga butir telur dikocok bersama gula 10 sendok makan. Aduk hingga larut.
Selanjutnya, tambahkan air pandan yang sudah diblender dan disaring. Cukup 125 ml saja. Juga santan seukuran yang sama.
Terakhir, tambahkan terigu dua sendok makan. Jangan lebih, agar tidak merusak tekstur lumpurnya.
Tuangkan ke wadah. Bebas. Bisa pilih mangkuk, aluminium foil, atau cup plastik. Selanjutnya kukus adonan ini selama 20 menit.
Beralih ke adonan kedua. Mengolah lapisan putihnya lebih sederhana. Semua bahan dicampur menjadi satu, lalu tanak sebentar.
Bahannya santan 200 ml, tepung beras satu sendok makan, dan gula dua sendok makan. Jangan lupa sejumput garam. Ini penting, untuk menambah cita rasa gurih.
Masukkan olahan adonan putih ke loyang lapisan hijau yang dikukus tadi. Ratakan hingga menutup permukaan. Selanjutnya, kukus 10 menit.
Lumpur surga semakin nikmat jika disajikan dalam keadaan dingin. Pas untuk berbuka puasa.
Rasa manis dari lapisan hijau membaur dengan gurihnya lapisan putih. Teksturnya menyerupai lumpur, lebih lunak dibanding bingka.
Kalau malas memasak, bisa membeli, harganya terjangkau Rp10.000-Rp15.000 per cup.
Tutorial ini bukan hasil karangan semalam. Penulis memang sudah beberapa kali mencoba.
Sekali gagal, empat kali berhasil. Motivasinya biar bisa menyuap lumpur surga tanpa harus menunggu kedatangan Ramadan.
Agar lebih meyakinkan, tutorial ini juga sudah divalidasi sang ahli. Dialah Masni, guru Jurusan Kuliner di SMKN 4 Banjarmasin.
Di luar cara pembuatan, Masni membeberkan sedikit sejarah dari nama wadai ini.
“Kata lumpur diambil karena adonan ini lunak. Tapi pas di makan, rasanya nikmat serasa di surga,” ujar guru yang mengajar selama 32 tahun itu.
Sepintas, lumpur surga mirip dengan kue lumpur khas Nusantara. Perbedaannya ada pada bahan utama. “Kue lumpur ada bahan kentangnya,” jelasnya.
Sementara di Banua, kue lumpur surga telah dimodifikasi. Dari bubur sumsum dan bingka kayu apu. Bahannya sama, cuma takarannya yang berbeda.
“Yang paling mencolok, kue lumpur surga itu berlapis. Sementara bingka tidak,” tuntasnya. (gr/fud)