TAHULAH Pian? Di Kalsel ada yang namanya kue bangkit. Identik dengan bentuknya yang pipih dan berwarna cokelat.
Berbeda dengan kue bangkit yang ada di Kepulauan Riau, salah satu camilan khas Banua punya ciri khas. Terutama pada aromanya.

Salah seorang pembuatnya, Diki Wahyudi mengatakan, kue bangkit khas dengan aroma kelapa sangrai. Membuat kue ini wangi.
“Kue bangkit mempunyai cita rasa manis, gurih dan renyah. Juga khas dengan aroma kelapa sangrainya yang wangi,” jelas pebisnis Kue Bangkit Mutia itu.
Diki menjelaskan, nama bangkit diambil dari bahasa Banjar. Bangkit berarti angkat, merupakan kata atau istilah Banjar. Kerap digunakan saat seseorang memerintahkan untuk mengangkat masakan yang sudah matang.
“Kalau kata orang Banjar, bangkit wadainya karena sudah masak,” tuturnya.
Kue ini kebanyakan diproduksi di Kabupaten Banjar. Tepatnya di kawasan Pasayangan, Teluk Selong dan sekitarnya. Kue bangkit kemudian dipasok ke sejumlah sentra oleh-oleh di Banjarmasin, Banjarbaru, dan Martapura.
Bahan dasar kue ini sangat mudah didapatkan. Sebut saja tepung terigu, susu bubuk, soda kue, vanili, gula, telur bebek, kelapa sangrai mentega dan minyak goreng.
Cara pembuatannya pun terbilang sederhana. Telur dikocok bersamaan susu bubuk, soda kue, vanili, dan gula. Setelah tercampur rata, barulah kelapa sangrai dan terigu dimasukkan.
“Aduk hingga tercampur rata. Terakhir campurkan mentega dan adon hingga kalis,” papar Diki.
Adonan tadi kemudian dipipihkan di atas loyang hingga rata dan tipis. Setelahnya digaris membentuk kotak-kotak, agar mudah dipisahkan saat sudah matang.
“Dipanggang dalam oven dengan suhu 150 derajat celsius hingga kecokelatan dan siap diangkat untuk dikonsumsi,” ujarnya.
Pemuda yang juga Nanang Berbakat Banjar 2019 itu menuturkan, kue bangkit kerap disajikan saat hari raya. Selain itu, kue ini kerap menemani momen keluarga untuk bersantai di pagi atau pun sore hari.
“Sambil dinikmati bersama kopi atau teh,” sarannya.
Bisnis camilan khas ini juga bertahan cukup lama. Yakni sejak 2010 hingga sekarang. Harga jualnya pun terbilang murah. Yakni Rp20 ribu per kemasan 250 gram.
“Selain usaha, produksi kue bangkit juga merupakan bagian dari pelestarian warisan budaya kuliner kita,” tuntasnya. (tia/gr/fud)