23.1 C
Banjarmasin
Tuesday, 21 March 2023

TAHULAH PIAN

Berkenalan Lewat Puisi

MINGGURAYA terkenal sebagai tempat nongkrong seniman, wartawan, bahkan pejabat. Lokasinya tak jauh dari Lapangan Murjani, pusat kota Banjarbaru.

Di sini ada sebuah tradisi, tamu ditodong maju ke depan untuk membaca puisi di depan khalayak. Tradisi mengenalkan diri lewat puisi ini dimulai sejak tahun 2012 lalu.

Siapa saja yang pernah membaca di sini? Salah satunya jurnalis Najwa Shihab.

Pada 2017, pemandu acara Mata Najwa itu berkunjung ke Mingguraya. HE Benyamine dan rekan-rekannya di Akademi Bangku Panjang lantas meminta putri Prof Quraish Shihab itu untuk membaca puisi.

010-Ramadhan-favehotel-Banjarbaru-Event-Ads

Selain Najwa, Pidi Baiq, Eka Kurniawan, Sapardi Djoko Damono dan nama-nama beken lainnya juga pernah membaca puisi di sini.

Baca Juga :  Waktu yang Tepat untuk Sterilisasi Buku

Kalau dari lokal, ada nama Sahbirin Noor, Gubernur Kalsel dua periode.

Dan tidak mesti tenar dulu untuk bisa membaca puisi di Mingguraya. Yang penting Anda adalah tamu. “Dari anak kecil sampai lanjut usia, kami ingin mendengar mereka membaca puisi,” kata HE Benyamine, budayawan Banjarbaru.

Ben, panggilan akrabnya menceritakan, acara ‘Aku Telah Baca Puisi di Mingguraya’ merupakan bentuk dukungan kepada misi pelestarian bahasa dunia yang digagas UNESCO (badan di bawah PBB yang mengurus pendidikan, sains dan kebudayaan).

“Mereka mendorong seluruh dunia untuk melisankan kembali puisi,” ujarnya.

Menurutnya, membaca puisi di tempat publik juga bisa mengubah persepsi orang–ternyata membaca puisi itu mudah.

“Sebab sebagian orang masih menganggap puisi itu sesuatu yang sangat berharga. Karena puisi dipilih dari kata-kata yang indah, bagus, dan bermakna,” jelas Ben.

Baca Juga :  GWPP Beri Materi Jurnalistik dan Literasi Digital

Tentu saja, tak semua bersedia, banyak juga yang menolak ketika diminta membaca puisi di Mingguraya.

Alasannya, mereka masih menganggapnya seperti lomba deklamasi. “Yang harus ada intonasi dan ekspresi. Gambaran mereka membaca puisi itu seperti lomba,” katanya.

Ditekankan Ben, “aturan” membaca puisi di Mingguraya tidak demikian. “Jangan mengikuti dan mendengarkan orang lain. Tapi tanyakan kepada diri sendiri,” tegasnya.

Dalam pengalamannya, ia pernah menemui seseorang yang tidak pernah membaca puisi sama sekali.

“Waktu ke Mingguraya kusuruh dia membaca. Ternyata tak seperti apa yang dibayangkannya selama ini,” pungkas Ben. (dza/gr/fud)

Lamut Tak Boleh Mati

BALAMUT semakin jarang dimainkan. Pertunjukan seni itu langka lantaran sepi penonton dan peminat.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Sejarah Kelam Hotel Tengah Kota

Asal Usul Pulau Datu

Kisah Wali Katum di HST

Berita Terbaru

Lamut Tak Boleh Mati

Klemben Khas Tambak Anyar

Antara Balandean dan Bandarmasih

Sejarah Pelacuran di Banjarmasin