TAHULAH PIAN
Cabai Hiyung Asal Desa Linuh
SEJAK tahun 2012, cabai rawit hiyung telah terdaftar pada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian di Kementerian Pertanian.

Sejak itu, cabai yang dibudidayakan di Desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin ini semakin terkenal saja kepedasannya.
Namun, ternyata cabai hiyung sebenarnya berasal dari Desa Linuh Kecamatan Bungur.
Muhammad Khalilurrahman, orang sekitar biasa memanggilnya Subarjo, yang mulanya mengembangkan cabai ini di Desa Hiyung. Sekitar tahun 1997.
“Ia membeli bibit buah cabai di Desa Linuh, kemudian ditanam di pembatas atau penghalang lahan miliknya,” kata Junaidi, salah seorang petani cabai hiyung.
Tumbuh subur, beberapa warga mulai ikut menanam cabai hiyung. Bibitnya dibeli dari Subarjo.
“Ada lima sampai tujuh orang yang ikut menanam. Lahannya pun kala itu tidak sampai 10 hektare,” kisahnya.
Seiring waktu cabai ini mulai dilirik pemda. Sekitar tahun 2000. Tepatnya pada masa Bupati Idis Nurdin Halidi.
Halidi berinisiatif mendaftarkan cabai hiyung ke Kementan. “Prosesnya berjalan panjang, baru 2012 resmi terdaftar,” katanya.
Menginjak 2019, pada masa kepemimpinan Bupati M Arifin Arpan, muncul keinginan untuk mengembangkan Desa Hiyung menjadi kawasan agrowisata. “Sejak itu desa kami semakin tersentuh pembangunan,” ujarnya.
Total, sekarang ada 243 kepala keluarga yang menanam cabai hiyung. “Bahkan dari penghasilan cabai hiyung sudah ada yang bisa umrah,” tuturnya.
Jauh sekali dari pekerjaan penduduk dahulu yang rata-rata hanya mencari galam untuk menjadi kayu bakar dan bahan bangunan.
“Ekonomi di sini sangat berubah semenjak warga beralih menanam cabai hiyung,” lanjutnya.
Keunggulan cabai hiyung memang berada di tingkat kepedasannya. Menurut penelitian, kadar capsaicin-nya mencapai 94.500 ppm.
Cabai ini juga tahan lama disimpan. Berkisar antara 10-16 hari pada suhu ruangan.
Yang menarik, jika cabai hiyung ditanam di luar Desa Hiyung, kepedasannya pun berkurang.
“Mungkin karena tanah dan cara penanamannya berbeda. Di sini saat menanam, mulsa (penutup tanaman) yang digunakan berasal dari rumput rawa,” pungkasnya. (dly/gr/fud)