26.1 C
Banjarmasin
Saturday, 3 June 2023

TAHULAH PIAN

Jejak Bahasa Penjajah di HSS

Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang berdiri sejak 2 Desember 1950 merupakan salah satu daerah perjuangan para pahlawan di Kalimantan Selatan.

Banyak nama jalan atau kampung dan jembatan diambil dari bahasa peninggalan penjajah.

03-Wedding-Package-favehotel-Banjarbaru-2023

Aliman Syahrani, salah satu pemerhati budaya di Kabupaten HSS menuturkan nama dari penjajahan yang masih dikenal warga seperti “kerkhof” merupakan bahasa Belanda yang berarti kuburan di kawasan Jalan Jendral A Yani, Parincahan, Kecamatan Kandangan. “Saat ini tidak ada lagi kuburannya, sekarang jadi perkampungan warga,” ujarnya.

Kemudian, masih dari bahasa Belanda yaitu “surtasi” berlokasi di kawasan Jalan Palantingan, Kecamatan Kandangan yang merupakan tempat mangkal terakhir rakit bamboo. “Yang dilabuh dari wilayah Loksado dan sekitarnya,” katanya.

Baca Juga :  Alun-Alun Dwi Dharma di Tapin Berawal dari Lapangan Bola yang Becek

Selanjutnya, dari bahasa Belanda lagi yaitu alamatan yang merupakan lokasi lapangan tembak menjadi salah satu perkampungan warga yang berada di kawasan Jalan Panglima Batur, Kecamatan Kandangan. “Sekarang sudah menjadi perkampungan warga,” sebut Aliman.

Selain dari bahasa Belanda, ada juga dari peninggalan penjajahan Jepang yaitu Nomura yang merupakan nama jembatan di Muara Banta.“Nama jembatan ini diambil dari salah satu nama tokoh penjajah dari Jepang,” tuturnya. (shn/by/ran)

Jembatan dan Tarif Tol Sungai di Banjarmasin

PEMBANGUNAN infrastruktur sungai di Kota Banjarmasin sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Tepatnya sejak tahun 1898. Ketika CA Kroesen ditunjuk Residen Banjarmasin.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Amparan Tatak: Favorit Para Orang Tua

Detik-Detik Mencekam di Mitra Plaza

Kisah Wali Katum di HST

Sejarah Kelam Hotel Tengah Kota

Berita Terbaru