Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang berdiri sejak 2 Desember 1950 merupakan salah satu daerah perjuangan para pahlawan di Kalimantan Selatan.
Banyak nama jalan atau kampung dan jembatan diambil dari bahasa peninggalan penjajah.

Aliman Syahrani, salah satu pemerhati budaya di Kabupaten HSS menuturkan nama dari penjajahan yang masih dikenal warga seperti “kerkhof” merupakan bahasa Belanda yang berarti kuburan di kawasan Jalan Jendral A Yani, Parincahan, Kecamatan Kandangan. “Saat ini tidak ada lagi kuburannya, sekarang jadi perkampungan warga,” ujarnya.
Kemudian, masih dari bahasa Belanda yaitu “surtasi” berlokasi di kawasan Jalan Palantingan, Kecamatan Kandangan yang merupakan tempat mangkal terakhir rakit bamboo. “Yang dilabuh dari wilayah Loksado dan sekitarnya,” katanya.
Selanjutnya, dari bahasa Belanda lagi yaitu alamatan yang merupakan lokasi lapangan tembak menjadi salah satu perkampungan warga yang berada di kawasan Jalan Panglima Batur, Kecamatan Kandangan. “Sekarang sudah menjadi perkampungan warga,” sebut Aliman.
Selain dari bahasa Belanda, ada juga dari peninggalan penjajahan Jepang yaitu Nomura yang merupakan nama jembatan di Muara Banta.“Nama jembatan ini diambil dari salah satu nama tokoh penjajah dari Jepang,” tuturnya. (shn/by/ran)