28.1 C
Banjarmasin
Tuesday, 6 June 2023

Sejarah Kelam Hotel Tengah Kota

A Hotel adalah bangunan di tengah kota Banjarmasin yang kini tak terawat. Kaca-kaca jendela pecah dan tanaman rambat menjalari dinding. Generasi yang lahir belakangan tak mengira bahwa di masanya dulu, bangunan ini pernah menjadi pusat pertokoan yang paling hits di Banjarmasin: Junjung Buih Plaza.

Junjung Buih Plaza dulunya merupakan gedung megah dan elit. Dalam plaza itu juga ada Hotel Kalimantan. Sebuah akomodasi penginapan kelas atas yang kerap jadi tempat menginap para pejabat negara dan artis-artis ibukota.

03-Wedding-Package-favehotel-Banjarbaru-2023

Lalu apa yang membuat gedung itu kini terbengkalai dan bahkan beraura angker?

Hal ini berhubungan dengan Peristiwa Jumat Kelabu Banjarmasin pada 23 Mei 1997. Betapa tidak, peristiwa yang sampai saat ini dikenal dengan istilah kerusuhan tersebut begitu membekas bagi Urang Banjar.

Sejumlah gedung besar, mobil, pusat pertokoan, dan bank jadi sasaran amuk massa. Gedug-gedung tersebut dibakar, hingga meimbulkan korban jiwa yang diduga mencapai puluhan bahkan ratusan orang.

Baca Juga :  Jangan Panggil Dayak Meratus dengan Sebutan Dayak Bukit

Nah, pada saat kerusuhan pecah, banyak pejabat negara dan artis Ibu Kota yang menginap di Hotel Kalimantan. Massa beringas membakar gedung megah tersebut. Daya listrik mati total, lift tak berfungsi, para penghuni hotel terjebak di kamar Hotel Kalimantan. Bahkan, sejumlah orang dikabarkan meninggal di tempat akibat cepatnya api menjalar hingga ke puncak gedung. Aparat tak bisa berbuat banyak karena situasi tak terkendali.

Gerak cepat, aparat mencari cara untuk mengevakuasi para korban yang masih berada di lantai IV gedung tersebut melalui kaca jendela. Berkejaran dengan waktu, aparat memerlukan personel yang mampu memanjat gedung dengan menggunakan tali. Lantas, diutuslah aparat ke Sekretariat Kelompok Pecinta Alam dan Seni (Kompas) Borneo Unlam (belum berubah jadi ULM). Di sana, mereka bertemu dengan tiga pemuda anggota Kompas Borneo, yakni Fitrie Anshorullah, Hendry Manulang, dan M Nawami yang sedang nongkrong santai. Diketahui, ketiganya mahir panjat tebing dan panjat dinding.

Baca Juga :  Palangan 5 Desember di Batola Bukan Sekedar Nama

Berbekal alat panjat yang tersedia di sekretariat, ketiga mahasiswa tersebut langsung diantar aparat ke Plaza Junjung Buih. Dengan kesigapan dan kecakapan memanjat, mereka berhasil masuk dalam gedung dan mencari korban selamat. Untuk mengevakuasi korban selamat, mereka harus berjibaku dengan asap tebal untuk mencari pintu darurat. “Dengan koordinasi dan komunikasi lewat Handy Talkie (HT), kami bersama aparat akhirnya bisa mengevakuasi para korban selamat,” tutur Fitrie Ashorullah yang saat ini masih aktif sebagai Redaktur Harian Radar Banjarmasin.

Fitrie mengakui masih terkenang peristiwa evakuasi tersebut kala melintas di depan gedung yang terakhir bernama A Hotel Banjarmasin itu. “Gedung tersebut jadi saksi bisu sejarah Kalsel. Sayangnya sekarang kondisinya semakin memprihatinkan, ditumbuhi semak belukar dan terkesan angker,” tandasnya.(oza/by/ran)

Jembatan dan Tarif Tol Sungai di Banjarmasin

PEMBANGUNAN infrastruktur sungai di Kota Banjarmasin sudah dimulai sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Tepatnya sejak tahun 1898. Ketika CA Kroesen ditunjuk Residen Banjarmasin.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Detik-Detik Mencekam di Mitra Plaza

Amparan Tatak: Favorit Para Orang Tua

Kisah Datu Taniran

Berita Terbaru