26.1 C
Banjarmasin
Thursday, 23 March 2023

FEMALE

LISTEN TO HER!

Perempuan asal Banjarbaru ini, Sarah Amelia, memilih jalan kegelapan—menjadi vokalis band metal.

****

BERSAMA New Day is Over (NDIO), pemilik nama panggung Sarah Morgue ini sudah meraung dari panggung ke panggung sejak tahun 2006.

Dari gig sederhana sampai raksasa, pernah diinjaknya. Manggung di depan puluhan hingga ribuan penonton, pernah dirasakannya.

010-Ramadhan-favehotel-Banjarbaru-Event-Ads

Maka jangan heran, di skena musik lokal, nama Sarah Morgue tak terdengar asing.

16 tahun konsisten bermusik, NDIO dan Sarah telah mencapai banyak hal. Seperti menjadi finalis dalam kompetisi band nasional.

Mundur ke tahun 2016, Sarah berkesempatan meraung di event Hellprint Bandung.

Setahun kemudian, NDIO masuk 10 besar Wacken Metal Battle Indonesia 2017.

Darah musik mengalir dari sang ayah, yang juga anak band pada zamannya.

“Sudah nggak bisa lepas dari musik sejak kecil. Ayah juga ngeband. Jadi dari SD sering ikut latihan ke studio. Saat itu, entah kenapa mendengar musik bikin bersemangat. Apalagi yang keras-keras,” kata perempuan kelahiran Solok, 26 Mei 1987 ini.

Pasangan Yupi Ahmadi dan Linda Sofia ini mempertajam skill bermusik tatkala kuliah. Di kampus ia memberanikan diri membentuk band. Tak tanggung-tanggung, Sarah memilih aliran paling cadas.

“Awalnya hanya diajak teman. Padahal dulu nggak bisa teknik scream atau growl. Tapi karena emang suka dan banyak referensi band-band metal dengan vokalis cewek, ya akhirnya mencoba belajar,” ceritanya.

Baca Juga :  Bangga Jadi Cucu Perancang Kota Banjarbaru

Band-band seperti As I Lay Dying, The Devil Wears Prada, Paramore hingga Isyana Sarasvati adalah referensi Sarah.

Diakuinya, tidak mudah secara teknik. Sebab jika salah sedikit, pita suara bisa cedera. Bahkan rusak.

“Dulu awal-awal sehabis manggung, pasti serak beberapa hari. Tenggorokan juga perih. Itu karena salah teknik. Tapi sekarang sudah biasa, sehabis manggung, sehari sudah normal lagi,” ujarnya.

Namun, tantangan terbesar sebenarnya mengenalkan genre metalcore kepada pendengar di luar skena underground.

“Untungnya sekarang ada medsos. Jadi bisa promo musik bisa sampai ke telinga orang-orang yang emang tertarik dengan musik keras,” kata cewek yang hobi main badminton ini.

Pada akhirnya, ini bukan pilihan populer. Tetapi Sarah tergolong cuek. Ia tak begitu memikirkan ihwal omongan orang.

“Kalau ada stereotipe negatif soal saya, ya belum pernah sih sampai langsung ke telinga. Tapi nggak tahu kalau ada omongan di belakang. Kalau saya sih sangat tertutup. Jadi cuek saja kalau ada yang ngata-ngatain,” tegasnya.

Untungnya, orang tuanya mendukung. Suaminya juga tak menyoal.

Ya, Sarah sudah berkeluarga. Suaminya, Ricky Novriandi adalah bassist sekaligus personel band beraliran Reggae di Banua, Reggain.

Baca Juga :  Rompi Korea jadi Tren Anak Muda Banua

Dan mereka sudah dikaruniai satu anak cowok. “Untuk suami jelas tak ada masalah, dia anak band juga. Kalau anak, karena masih kecil belum ada tanggapan apa-apa sih. Nggak tahu kalau nanti sudah besar,” ujarnya terkekeh.

Menjadi ibu, istri dan vokalis band metal malah membuat hidupnya penuh energi.

Baginya semua itu bisa dijalankan secara beriringan dengan porsinya masing-masing.

“Secara beriringan, keluarga dan band tetap jalan. Sebagai ibu di rumah dan sebagai manusia dengan passion-nya,” katanya.

Masih tentang keluarga, menurutnya, fase paling menantang dalam karir bermusiknya adalah ketika berbadan dua.

“Kalau yang paling menantang, ketika sedang hamil. Karena sama sekali tidak bisa berkompromi untuk latihan dan manggung. Tapi teman-teman band sangat mendukung dan mau rehat sementara waktu,” ujarnya.

Ditanya target, Sarah pengin terus berkarya di dunia musik. Ia juga merasa bersyukur sebab NDIO masih eksis dan solid meski sudah belasan tahun berjalan.

“Dalam hal ngeband, yang pasti mau bikin karya terus. Tak tahu sampai kapan, karena sejauh ini masih solid. Masih semangat bikin lagu dan manggung. Walaupun sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga masing-masing,” pungkasnya. (rvn/gr/fud)

Yang Sulit Membagi Waktu

DIANDRA Paramitha dan Dwi Suci Ramadhani adalah dua nama yang tak asing di dunia olahraga renang, baik level Kabupaten Tanah Laut maupun Provinsi Kalsel.

Ditempa di Jalan, Bukan di Medsos

Bernyanyi di Depan Wakil Presiden

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru