Gereja tertua di Banjarmasin telah berdiri lebih dari ratusan tahun. Ada yang bahkan sudah ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Meski telah direnovasi beberapa kali, namun tidak mengubah nilai histori bangunan tersebut. Berikut 3 gereja yang disebut tertua di Banjarmasin.
1) Gereja Kalimantan Evangelis
Gereja Kalimantan Evangelis (disingkat GKE) atau Gereja Evangelikal di Kalimantan ialah sebuah kelompok gereja Kristen Protestan di Indonesia yang didirikan pada tanggal 10 April 1839, awalnya dengan nama Gereja Dayak Evangelis (GDE). Gereja ini melakukan pelayanan iman kepada suku-suku di pulau Kalimantan yaitu suku-suku yang termasuk ke dalam rumpun suku Dayak, meski begitu GKE tidak tertutup bagi anggota non-Dayak.
GKE awalnya dinakaman Gereja Zending. Hal ini mengacu pada sejarah pendiriannya yang dilakukan oleh organisasi Zending Basel. Ini adalah lembaga misionaris Kristen dari Jerman yang sebelumnya didirikan dengan nama German Missionary Society (Lembaga Misionaris Jerman) pada 1815.Kemudian berganti nama menjadi Basel Evangelical Missionary Society (Lembaga Misionaris Injili Basel), dan akhirnya menjadi Bassel Mission.

Lembaga ini memiliki misi membangun sebuah sekolah untuk melatih para misionaris Belanda dan Inggris yang kemudian dikirimkan untuk pelayanan ke daerah-daerah di seluruh dunia. Di Indonesia, Basel Mission mengirimkan misionaris ke Kalimantan Selatan pada tahun 1935. Selain untuk pelayanan peribadatan ke orang-orang Dayak mereka juga membawa misi pendidikan dan kesehatan. Zending Basel memiliki hubungan yang baik dengan Kesultanan Banjar.
2) Gereja Katedral Banjarmasin
Gereja Katedral Banjarmasin diresmikan pada 28 Juni 1931 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa. Gereja ini memiliki nama resmi Paroki Katedral Keluarga Kudus meski warga sekitar biasa menyebutnya Gereja Batu karena materialnya di masa pembangunannya lalu.
Cikal bakal gereja berada di samping Balai Pemuda (sekarang Gedung KNPI). Tahun 1931 misionaris membeli bekas losmen kayu untuk menjadi tempat peribadatan. Misa digelar sederhana dalam emper-emperan. Inilah gereja Katolik pertama yang berdiri di Banjarmasin.
Empat tahun kemudian dimulai pembangunan Gereja Batu. Total ongkosnya mencapai 29 ribu gulden. Gereja lama diubah menjadi kos mahasiswa Katolik. Belakangan, rumah itu dijual dan sekarang menjadi Plasa Telkom.
Misa pertama di Gereja Batu digelar 19 April 1936. Peresmian dihadiri tamu dari Komandan KNIL (tentara Hindia Belanda), wakil Residen, dan Sarekat Islam. Namun, tak sampai satu dekade, kedamaian di gereja terganggu. Selama masa penjajahan Jepang dari tahun 1942 sampai 1945, gereja disulap menjadi gedung pengadilan.
3) Gereja GPIB Maranatha Banjarmasin
Gereja ini adalah sebuah gereja dari sinode Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) yang terletak di Kelurahan Antasan Besar, kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kebanyakan jemaatnya adalah keturunan Ambon dari Maluku, Minahasa, Batak, serta Jawa yang lahir dan menetap di kota Banjarmasin.
Gereja ini adalah salah satu bangunan peninggalan Belanda. Arsitekturnya berciri-khas dengan pintu dan jendela yang besar dan kokoh. Setelah direnovasi menjadi bangunan yang menyerupai rumah adat Kalimantan Selatan, hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa hormat kepada budaya Kalimantan Selatan.
Keunikan gereja ini adalah gaya bangunannya yang memakai konsep arsitektur tradisional Banjar, yang merupakan wujud adaptasi dan toleransi terhadap kebudayaan daerah setempat yaitu budaya suku Banjar yang rata-rata merupakan penganut agama Islam. Letak gereja ini juga berdampingan dengan Masjid Sabilal yang juga adalah masjid kebanggaan masyarakat Kalsel.