Seperti di daerah-daerah lain di Indonesia, Kalimantan Selatan memiliki banyak upacara adat yang dijalankan turun-temurun sebagai tradisi. Tradisi ini berasal dari budaya beragam etnis yang tinggal di Kalimantan Selatan. Beberapa di antaranya masih dilestarikan bahkan menjadi daya tarik wisata. Berikut 7 tradisi dan upacara adat yang masih dipegang teguh di Kalimantan Selatan.
1) BAAYUN MULUD
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat desa Banua Halat di Tapin Utara, Kalimantan Selatan menggelar Baayun Mulud atau Baayun Maulid. Tradisi ini adalah ekspresi budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat untuk merayakan perayaan atas kelahiran Nabi Muhammad.

Namanya yang unik adalah perpaduan dari bahasa Banjar dan Arab: Baayun artinya dalam buaian, sedangkan kata mulud berasal dari bahasa Arab untuk kelahiran. Tradisi Baayun Mulud hingga saat ini masih dilestarikan dan menarik minat banyak pemerhati budaya dan wisata, baik dalam dan luar negeri.
2) PESTA ADAT MAPPANRETASI
Setiapi bulan April, pesta adat Mappanretasi digelar di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Mappanretasi adalah ritual yang dilakukan suku Bugis di Pagatan sebagai rasa syukur atas limpahan hasil laut. Mereka melarung sesaji ke tengah laut dengan berharap keberuntungan yang lebih baik lagi pada musim panen ikan di tahun depan.


Saat ini, Mappanretasi telah menjadi agenda penting dalam kalender wisata nasional. Upacara ini telah menjadi festival budaya dan pesta laut. Selama tiga pekan, banyak wisatawan yang hadir ke Tanah Bumbu untuk menyaksikan kemeriahan dan keunikannya. Pada tahun 2017 silam, Presiden Joko Wdodo bahkan berkesempatan menghadiri puncak acara Mappanretasi di Pagatan.
3) MANYANGGAR PADANG
Manyanggar Pandang adalah upacara adat yang dilakukan masyarakat Banjar saat membuka sebuah daerah sebagai tempat bermukim. Menyanggar Padang secara umum berarti upacara memohon keselamatan dari malapetaka yang disebabkan oleh makhluk gaib penunggu tempat kerja (sawah, laut, danau, atau hutan).

Masyarakat Banjar tradisional percaya bahwa suatu tempat atau daerah memiliki penunggu atau pemilik yang tak kasat mata (tak bisa dilihat). Untuk itulah dalam setiap inisiatif membuka lahan dan memulai sebuah usaha, mereka biasanya melakukan ritual Menyanggar Padang.
4) MALASSUANG MANU
Upacara adat kebanyakan dilakukan masyarakat tradisional dengan tujuang untuk memohon keselamatan. Namun, di Kabupaten Kotabaru ada upacara adat yang dilakukan dengan tujuan keberlimpahan hasil laut, juga harapan untuk permintaan jodoh. Upacara adat ini bernama Malassuang Manu.

Malassuang Manu adalah paduan menarik antara pesta adat, doa keberlimpahan dan permintaan jodoh. Upacara ini adalah ritual khas kaum muda mudi Suku Mandar yang berdomisili di Kecamatan Pulau Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun dan selalu dilaksanakan disebuah pulau kecil yang berdasar legenda masyarakat setempat berbentuk hati dan oleh masyarakat setempat dikenal dengan Pulau Cinta.
5) MANDI TIAN MANDARING
Mandi Tian Mandaring adalah upacara adat untuk menyambut kehamilan pertama. Tradisi ini lazim pada masyarakat tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Tian Mandaring biasa dilakukan di usia kehamilan tujuh bulan dengan tujuan agar wanita yang mengandung selamat saat melahirkan dan anaknya terlahir sehat.

Mandaring dalam Bahasa Banjar adalah kehamilan pertama. Fase hamil pertama biasanya sangat rentan dalam kepercayaan masyarakat tradisional. Wanita yang hamil pertama biasa diganggu oleh makhluk halus hingga dia melahirkan anaknya.
6) ARUH BUNTANG
Aruh Buntang atau Mambuntang adalah upacara adat Suku Dayak Dusun Deah di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Upacara ini dilakukan untuk mengantar arwah dari orang yang telah meninggal menuju kehidupan berikutnya.

Penyelenggaran upacara Mabuntang bagi masyarakat Dayak dianggap sesuatu yang wajib secara moral dan sosial. Pihak keluarga yang ditinggalkan merasa memilki kewajiban untuk mengangkat arwah sanak saudara yang meninggal ke dunia roh.
7) BAARAK NAGA
Di Ulu Banteng, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, ada sebuah ritual yang telah berusia 100 tahun. Ritual ini masih dipertahankan warga setempat hingga saat ini. Nama ritual itu adalah Baarak Naga.

Baarak adalah mengarak, atau mengiringi berjalan dalam kumpulan atau kelompok. Baarak Naga adalah mengarak seseorang penganten pria yang menaiki naga menuju rumah mempelaianya di Kampung Ulu Banteng.
Naga yang dinaiki adalah sebuah instumen yang dirangkai dari kayu dan bambu dengan ukuran besar, kemudian dihiasi dengan kertas dan daun hingga menyerupai naga