IDEALNYA sejak dini anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dengan baik sehingga mudah berkomunikasi dengan siapapun. Sayangnya, pada keluarga tertentu masih ditemukan terlambatnya perkembangan bahasa anak. Sehingga menjadi sandungan bagi anak dalam menyampaikan isi hatinya, kehendaknya, dan pikirannya.
Oleh: FITRIA AS DJAMARAH
Alumnus Jurusan Bahasa Inggris FTK IAIN Antasari Banjarmasin
Mahasiswa Magister (S2) Pendidikan Anak Usia Dini Pascasarjana ULM Banjarmasin

Oleh karena itu dalam upaya membantu perkembangan bahasa anak usia dini (AUD), Trigantra memegang peranan penting dalam membantu perkembangan bahasa AUD.
Slogan Trigatra Bangun Bahasa adalah “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing”. Slogan ini dicetuskan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek.
Trigatra Bangun Bahasa dapat dipraktikkan pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui panduan regulatif dan metode praktikal. Metode praktikal dapat dilaksanakan melalui kemitraan antara keluarga dan sekolah. Kemitraan antara keluarga dan sekolah sangat penting dalam pengembangan bahasa anak usia dini, baik bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing.
Kerja sama sekolah dan orang tua dalam pengembangan bahasa anak usia dini dimulai dengan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik di sekolah dan di rumah, memperkenalkan bahasa daerah di sekolah dan menggunakannya di rumah, serta memperkenalkan bahasa asing di sekolah sebagai pelajaran tambahan.
Secara psikologis, anak baru lahir hingga usia enam tahun memiliki kemampuan menyerap bahasa yang luar biasa. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut anak berada dalam usia keemasan atau golden age. Pada masa keemasan, otak anak dengan mudah menerima stimulus yang diberikan sehingga penting bagi guru dan orang tua untuk memberikan stimulus terbaik bagi anak usia dini.
Anak usia dini adalah anak yang berusia di bawah 6 tahun. Dalam masa ini anak mengungkapkan bahasanya dalam bentuk isyarat gestural dan kalimat sederhana. Tahun pertama kehidupannya, anak mengungkapkan ketidaksenangannya dengan tangisan, kemudian berkembang menjadi ocehan.
Tahun kedua anak mulai mengucapkan kata sederhana dan berkembang menjadi dua kata atau lebih panjang walaupun tata bahasanya belum benar. Di tahun ketiga anak mulai sempurna dalam berbahasa dan mampu menggunakan awalan dan akhiran. Di tahun keempat bahasa anak berkembang pesat seiring dengan rasa keingintahuan anak yang semakin besar. Anak semakin sering bertanya dan mengekspresikan dirinya.
Aspek perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan sejak dini agar anak memiliki kemampuan berbahasa dan komunikasi yang baik. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam interaksi sosial anak. Sedangkan dalam belajar, bahasa merupakan alat untuk berpikir. Oleh karena itu, pemberian stimulus bahasa sejak dini menjadi sangat penting untuk menyokong kehidupan sosial dan perkembangan kognitif anak.
Bahasa pertama yang dikenal anak merupakan bahasa yang didengar dan dipelajari anak dalam keluarga yang mengasuhnya. Kemampuan anak ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan mengajak anak berkomunikasi dengan menggunakan kosakata yang mudah diserap anak.
Karena masyarakat kita penutur tiga bahasa, maka melalui Trigatra orang tua dan guru bisa membangun kemitraan menggunakan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing dalam membantu perkembangan bahasa anak.
Orang tua memiliki tugas membantu perkembangan bahasa anak, baik bahasa Indonesia maupun bahasa daerah dengan cara menggunakan kedua bahasa itu ketika berkomunikasi dengan anak di mana dan kapan saja dalam keluarga.
Sementara sekolah bertanggung jawab membantu perkembangan bahasa Inggris anak di sekolah. Pembelajaran bahasa Inggris diberikan lebih ditekankan pada komunikasi sederhana tanpa menuntut anak harus menguasai gramatikal. Hal ini penting agar anak memiliki minat yang kuat terhadap pelajaran bahasa Inggris di sekolah. Ini penting dilakukan karena bahasa Inggris nantinya dapat menunjang karirnya di masa mendatang.
Dalam konteks Trigatra, maka orang tua dan guru bisa bermitra dalam dua cara, yaitu melalui regulatif dan praktikal. Dari dua pendekatan ini, praktikal lebih banyak bisa diharapkan dari orang tua. Orang tua bisa membantu perkembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam keluarga melalui komunikasi sehari-hari. Sementara guru di sekolah melalui regulatif memasukkan program bahasa Inggris sebagai alat komunikasi sederhana bagi AUD tanpa memaksakan penguasaan gramatikal kepada anak. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan, orang tua dapat membantu guru mengembangkan kemampuan bahasa Inggris anak dalam keluarga. Terutama orang tua yang berpendidikan.
Dengan begitu, terjadi gayung bersambut antara keluarga dan sekolah dalam membantu perkembangan bahasa Inggris anak. Ini bukan hal yang mustahil. Karena sebagaimana diketahui, di sekolah anak usia dini menghabiskan waktu sekitar empat sampai lima jam.
Sisanya di lingkungan keluarga. Sebanyak 20 jam dalam sehari anak menghabiskan waktunya di lingkungan rumah sehingga anggota keluarga, terutama orang tua sebagai orang terdekat anak memiliki peran penting dalam membantu perkembangan bahasa Inggris anak usia dini.
Demikianlah. Slogan Trigatra Bangun Bahasa dapat dipraktikkan dalam PAUD melalui panduan regulatif dan metode praktikal. Metode praktikal dapat dilaksanakan melalui kemitraan antara keluarga dan sekolah. Kemitraan antara keluarga dan sekolah sangat penting dalam pengembangan bahasa anak usia dini, baik bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing.
Kerja sama sekolah dan orang tua dalam pengembangan bahasa anak usia dini dimulai dengan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik di sekolah dan di rumah, memperkenalkan bahasa daerah di sekolah dan menggunakannya di rumah, serta memperkenalkan bahasa asing di sekolah sebagai pelajaran tambahan.
Harapannya, anak bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Tetapi, jangan lupa belajar bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Karena Ki Hajar Dewantara telah memberi petuah, bahwa dengan mempelajari bahasa sendiri maka bangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri sebagai anggota masyarakat kemanusiaan. Semoga. (fud)