24.1 C
Banjarmasin
Friday, 9 June 2023

Kucing Bukan Hama

Oleh Diah Sari Fatmawati*

Masalah ledakan populasi kucing liar, bukan hanya terjadi di wilayah tertentu. Lazim muncul pada wilayah padat penduduk seperti Indonesia.

03-Wedding-Package-favehotel-Banjarbaru-2023

Data menyebutkan, populasi kucing di republik ini mencapai 15 juta ekor. Bahkan menduduki peringkat kedua populasi kucing terbanyak di dunia. Mencapai 66 persen dari total populasi kucing di dunia.

Selama ini kucing liar terus bertambah, karena kucing mengalami masa birahi berulang kali dalam setahun. Masa birahi adalah masa siap kawin. Kucing betina mampu melahirkan empat sampai enam ekor anak kucing.

Anggaplah anak kucing tersebut bertahan hidup, akan memasuki masa birahi di usia 6-10 bulan untuk betina dan 10-12 bulan untuk jantan. Jadi bisa dibayangkan berapa jumlah kucing yang bertambah dalam satu tahunnya.

Jika tidak mendapat perhatian, maka akan memunculkan masalah. Walaupun beberapa kucing bisa hidup secara mandiri, namun kucing bukanlah hewan individual. Sehingga mereka membutuhkan kucing lain untuk bisa bertahan hidup pada wilayah yang tersedia cukup sumber makanan.

Ingat juga jasanya. Kucing dibutuhkan di lingkungan kita untuk mengurangi polulasi tikus, cecak, kecoa, dll.

Selain itu beberapa penelitian menyebutkan, memelihara kucing dapat memberikan energi positif untuk kesehatan fisik dan mental. Seperti mengurangi stres. Dengkuran kucing juga baik untuk anak autis.

Maka ledakan populasi kucing harusnya menjadi tanggung jawab bersama, termasuk masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) yang disebutkan dalam Peraturan Wali Kota Banjarmasin, pada salah satu poin disebutkan bahwa Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan memiliki tugas pokok yaitu “pelaksanaan sertifikasi persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan”.

Baca Juga :  Jalan Panjang Seleksi Anggota KPU dan Tantangannya

Pada poin tersebut perlu diperhatikan bahwa pemerintah termasuk dinas/bidang terkait memiliki tugas pokok untuk menjaga kesejahteraan hewan kucing yang berada di lingkup wilayah kekuasaannya.

Beranjak dari kepedulian terhadap kucing liar, sejak 18 Juni 2022, Penulis mendirikan Komunitas Sahabat Kucing Jalanan (SKJ) dengan tujuan untuk melindungi kucing-kucing liar yang tidak berpemilik.

Salah satu kegiatan utamanya adalah program steril dengan metode TNR (trap, neuter, return/release).

Untuk memastikan kondisi kucing tersebut dalam keadaan sehat, ada kegiatan streetfeeding atau memberi makanan dan vitamin ke kucing liar sebelum ditangkap. Diikuti pemantauan kondisi luka jahitan sampai kondisinya cukup aman.

Sebelum dikembalikan ke jalan, untuk mengenali kucing yang sudah disterilkan, maka diberikan eartip, yaitu tanda sayatan miring atau berbentuk huruf “V” yang merupakan penanda standar yang dipakai di beberapa negara seperti Jepang, Amerika dan Turki.

Adapun manfaat dari sterilisasi kucing, selain mencegah over populasi kucing, juga mencegah penyakit seperti kanker serviks dan kanker ovarium pada betina, kanker testis dan kanker prostat pada jantan. Kucing pun menjadi lebih sehat.

Selain itu, kucing yang sudah steril akan lebih tenang sehingga meminimalisir perkelahian dan risiko cidera.

Pada bulan agustus 2022, SKJ berhasil melaksanakan TNR pada delapan ekor kucing liar tidak berpemilik (rinciannya seekor betina dan tujuh ekor jantan). Dan bulan Oktober 2022 target TNR sebanyak 10 ekor, dilaksanakan tanggal 20-21 ini.

Sedangkan untuk mencegah semakin banyaknya kucing di permukiman, yang bisa mengakibatkan keresahan warga dan juga meminimalisir terjadinya kekerasan terhadap kucing yang marak terjadi belakangan ini, sangat diperlukan adanya campur tangan pemerintah.

Baca Juga :  Terjebak Selubung Mistika

Adapun campur tangan pemerintah, menurut penulis harus konkret. Pertama, memberikan edukasi kepada masyarakat atau komunitas pecinta kucing terkait penanganan kucing liar. Ini akan membantu pemerintah menangani kondisi populasi kucing yang semakin tak terkendali.

Selain dalam hal menjaga kesehatan hewan, juga menanamkan untuk tidak berbuat kasar terhadap hewan. Karena pada dasarnya hewan merupakan ciptaan tuhan, penciptaannya pasti mempunyai tujuan, bukan untuk dibasmi, bahkan dilabel sebagai hama,

Kedua, pemerintah dapat menggalakkan program steril gratis ataupun bersubsidi. Jika pemerintah mengalami keterbatasan baik dalam jumlah petugas ataupun anggaran, pemerintah dapat bekerja sama dengan komunitas. Bisa dalam bentuk program tahunan yang berkesinambungan atau program pada hari besar tertentu.

Tindakan tersebut diperlukan, sehingga tidak hanya kucing yang di pelihara di rumah, namun juga kucing liar pun dapat terkontrol populasi dan kesehatannya. Sehingga tidak dianggap sebagai pengganggu, apalagi hama.

Harapan penulis, seandainya Banjarmasin bisa mendirikan puskeswan (pusat kesehatan hewan). Fasilitas yang dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai dan dokter hewan yang selalu siaga di tempat.

Tentu Banjarmasin akan menjadi kota ramah hewan. Termasuk dapat membuat rumah singgah atau penampungan, tidak terbatas pada kucing, termasuk hewan lain yang dapat dipelihara atau diadopsi.

Persepsi yang perlu ditanamkan, bahwa berbuat baik, peduli kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan, tidak terbatas hanya kepada nanusia. Peduli kepada hewan karena ikhlas tanpa pamrih, tanpa mengharapkan pujian apalagi balasan. (fud)

*Founder Sahabat Kucing Jalanan (SKJ)

Nilai-Nilai Pancasila dalam Konstelasi Pemilu 2024

PANCASILA telah diperkenalkan pertama kali oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 dalam ruang sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru