HIDUP adalah pilihan. Pekerjaan itu kebutuhan. Teknologi adalah keniscayaan. Tanpa pekerjaan sulit untuk bisa bertahan hidup. Tetapi, tanpa bantuan teknologi pekerjaan tertentu sulit dilakukan dengan efektif.
Oleh: SYAIFUL BAHRI DJAMARAH
Dosen PAI dan PPG Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Antasari Banjarmasin
Namun sayang, kehadiran teknologi tidak selalu sebagai kekuatan, tetapi juga sebagai ancaman. Pekerjaan tertentu yang semula kita mengerjakannya diambil alih oleh teknologi dengan segala kecanggihannya.
Di negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, China, atau Jerman sekarang teknologi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Pekerjaan-pekerjaan tertentu yang semula hanya dikerjakan manusia kini diambil alih oleh teknologi.

Pengolahan sawah dan ladang yang semula dikerjakan oleh manusia kini dikerjakan oleh teknologi canggih. Mulai pembersihan rumput, pengolahan tanah, hingga bercocok tanam dilakukan oleh mesin-mesin otomasis. Tak memerlukan waktu lama pekerjaan itu selesai dengan hasil yang baik.
Penyiraman padi yang telah tumbuh juga menggunakan teknologi canggih yang bernama drone. Dengan remote control, drone dikendalikan, bergerak menyiramkan air ke tanaman padi dalam jumlah yang luas. Sangat efektif.
Perusahaan kehutanan di negara maju juga sudah meninggalkan penebangan pohon secara konvensional dengan tenaga kasar manusia. Mereka telah menggunakan teknologi mesin pemotong pohon-pohon besar yang dikendalikan oleh seorang operator. Gergaji pemotong bergerak lincah memotong batang pohon, bahkan hingga ke dahan dan ranting. Bersih semuanya. Batang pohon itu kemudian dipotong menurut ukuran tertentu. Bahkan mengangkat dan memindahkannya dari tanah ke mobilpun tanpa campur tangan langsung manusia.
Di Jepang banyak ditemukan home industry (industri rumahan). Salah satunya bergerak dalam pembuatan alat rumah tangga dari plastik. Dalam pembuatan alat rumah tangga tersebut dilakukan oleh mesin-mesin otomatis yang bergerak di bawah kontrol jam.
Sampai waktunya mesin berhenti secara otomatis. Dalam proses pembuatan alat rumah tangga tersebut, pemiliknya bisa mengerjakan hal lainnya. Bahkan bisa keluar rumah untuk menyesaikan keperluan lainnya.
Ini hanya sebagian contoh dari pemanfaatan mesin-mesin teknologi oleh negara-negara maju. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Tentu saja belum sampai ke sana. Sebagai negara berkembang kita baru mulai merencanakan. Belum melangkah.
Sekarang fokus utama pemerintah kita hanya sibuk membangun IKN di Kalimantan Timur. Yang katanya ramah lingkungan. Juga disibukkan dengan pemberantasan korupsi yang tak kunjung selesai. Narkoba PR besar yang juga sangat menyibukkan untuk dibasmi. Mungkin sesapu untuk membersihkan korupsi dan narkoba di negeri ini belum bersih. Yang terakhir soal harta pejabat dan transaksi keuangan 300 triliunan rupiah di kantor Kementerian Keuangan yang menjadi sorotan publik. Soal kendaraan listrik, itu sudah ada sejak lama dalam sejarah otomotif.
Kita tentu saja tidak pesimis. Tidak minder. Meski sedikit agar terlambat, mesin-mesin otomatis itu juga kita miliki. Segera kita miliki, mungkin, jika korupsi berhasil diberangus. Karena negara-negara maju sepertinya sangat sedikit tikus korupsi berkeliaran. Jadi, uang bisa digunakan untuk membuat atau membeli mesin-mesin otomatis.
Tetapi, apakah negara kita siap dengan alih teknologi itu dengan segala konsekuensinya? Sebab kendala pokok alih teknologi dari negara maju ke negara sedang berkembang adalah keterbatasan sumber daya manusia dan dana.
Akibat yang ditimbulkan dari alih dan penggunaan teknologi adalah banyaknya anak bangsa ini yang kehilangan pekerjaan. Itu berarti akan ada pengangguran untuk lahan kerja yang sudah diambil alih oleh teknologi. Meski begitu, Indonesia tidak bisa terbebas dari alih teknologi di tahun-tahun mendatang bila tidak ingin digilas zaman.
Rambu-rambu ke arah alih dan penggunan teknologi sebuah keniscayaan. Coba lihat, di sektor-sektor tertentu pekerjaan yang semula dikerjakan oleh kita diambil alih oleh teknologi. Berbagai teknologi mesin-mesin otomatis dari negara-negara maju lambat laun pasti akan masuk ke negara kita dan itu kita butuhkan untuk dapat bersiang dalam persaingan global di bidang teknologi.
Kuat dugaan, sepuluh tahun ke depan mesin-mesin teknologi akan mengambil alih hampir semua pekerjaan di sektor-sektor tertentu yang semula dikerjakan oleh manusia. Ini berarti, semakin banyak mesin-mesin teknologi yang mengambil alih pekerjaan manusia semakin banyak manusia kehilangan pekerjaan. Tenaga guru tentu masih dibutuhkan karena peranannya.
Sebuah studi yang dilakukan di Universitas Oxord menemukan, dari semua jenis pekerjaan yang ada sekarang 45 persen berkurang drastis atau berkurang kebutuhannya di masa mendatang karena pekerjaan tersebut sudah bisa diotomatisasi. Hal ini tentunya akan mempengaruhi cara kita merencanakan masa depan.
Lalu, mesin-mesin teknologi apa saja yang kemungkinan akan mengambil alih pekerjaan kita sepuluh tahun ke depan?
Berikut ini beberapa pekerjaan yang akan hilang sepuluh tahun ke depan. Misalnya, antara lain, pekerjaan sebagai sopir akan hilang karena kendaraan bermotor secara otomatis bisa mengemudi sendiri. Di Jerman self driver ini sedang dikembangkan. Pekerjaan sebagai petani akan hilang karena sudah dikerjakan mesin otomatis yang dikendalikan melalui remote control. Untuk pengukuran tanah, pemantauan dan penyiraman sudah bisa dilakukan oleh drone. Media cetak seperti koran majalah dan tabloid sudah beralih dari cetak ke e-paper. Pekerjaan sebagai kasir akan hilang karena sudah diambil alih oleh mesin-mesin otomatis.
Saat ini sudah ada beberapa teknologi yang telah mengambil alih pekerjaan baik di negara kita maupun di negara maju. Misalnya, penebangan pohon, pijat refleksi, penetasan telur bebek listrik otomatis, pertanian padi, membordir kain, pelayanan pembelian barang, surat kabar beralih dari cetak menjadi e-paper, penebangan pohon, pembongkaran pemindahan pohon dengan mobil khusus, perapian dan pemangkasan dedaunan tanaman dengan mobil pemangkas tanaman, perakitan mobil dikerjakan robot, pengecatan mobil menggunakan teknologi ionisasi.
Akhirnya, teknologi memang dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan. Tetapi, ancaman yang ditimbulkannya dapat mengancam keberlangsungan pekerjaan kita. Ketika teknologi telah mengambil alih pekerjaan kita, maka ketika itulah kita kehilangan pekerjaan yang selama ini sudah kita nikmati. Beruntunglah bagi guru yang tugas dan peranannya yang tidak akan pernah tergantikan oleh teknologi. (fud)