“Tanam dirimu di dalam bumi yang rendah. Sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam, dia tidak akan menghasilkan buah yang sempurna.” (Hikmah Al Hikam ke 11 Syekh Imam Ibnu Athi’illah As-Sakandari)
Oleh: H MUHAMMAD TAMBRIN
Kepala Kanwil Kementerian Agama Kalsel
Para Pembaca Radar Banjarmasin, dalam Hikmah Al Hikam ke-11, di Jumat yang penuh berkah disajikan kumpulan tulisan yang kesebelas ini.

Bahaya sekali orang yang beramal hanya menginginkan kedudukan di masyarakat dan terkenal di masyarakat. Tujuan amal ibadah seperti itu tidak lain atas dorongan hawa nafsu. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang merendahkan diri, Allah akan memuliakan, dan barang siapa yang menyombongkan diri, Allah akan merendahkan”.
Ibrahim bin Adham RA berkata: “Tentu tidak benar tujuannya kepada Allah orang-orang yang ingin terkenal”.
Ayyub Asy Akhtiyah RA berkata: “Demi Allah, tidaklah seorang hamba disebut sungguh-sungguh benar beribadah, melainkan ia pasti merasa puas, senang jika ia tidak mengetahui kedudukannya sendiri”.
Dalam satu riwayat Mu’adz bin Jabal RA bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya ria yang sedikit sudah termasuk syirik. Barang siapa yang memusuhi Waliyullah (kekasih Allah) sama dengan menantang perang dengan Allah. Allah Maha Kasih dan Sayang terhadap hamba-Nya yang bertakwa. Hamba yang tidak dikenal. Di mana orang itu tidak ada, tidak dicari. Bilamana ada, tidak dipanggil atau tidak dikenal. Hati orang seperti ini laksana pelita hidayah. Mereka orang-orang yang tidak pernah merasa kesulitan”.
Ada satu riwayat melalui Abu Hurairah RA. Dia bercerita: Pada suatu hari kami berada di majelis bersama Rasulullah. Tiba-tiba Rasulullah SAW berkata: “Besok pagi ada ahli surga yang ikut salat bersama kalian”. Abu Hurairah RA berkata: “Aku berharap semoga akulah orang yang dimaksud Rasulullah SAW”.
Pagi-pagi kemudian Abu Hurairah RA salat tepat di belakang Rasulullah, dan tetap duduk di majelis ketika orang-orang sudah pulang. Saat itulah tiba-tiba orang berkulit hitam, berpakaian buruk compang-camping datang, dan langsung berjabat tangan bersama Rasulullah sambil berkata: “Ya Nabiyallah, doakanlah aku agar mati syahid”.
Kemudian Rasulullah SAW berdoa, sementara kami mencium bau kasturi dari badan si hitam tadi. Lalu aku bertanya kepada Rasulullah: “Apakah orang ini ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab: “Bagaimana bisa aku berbuat demikian, kalau Allah menghendaki dia menjadi raja di surga. Wahai Abu Hurairah sesungguhnya di dalam surga ada raja, dan orang-orang yang terkenal dan budak ini kelak menjadi raja yang terkenal.
Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah sangat sayang kepada hamba sangat suci hatinya, tidak terkenal, bersih, rambutnya terurai, perutnya kempis, hanya diisi dari yang halal. Bilamana masuk ke istana raja, tidak diizinkan. Bila menyunting putri bangsawan, tidak diterima. Bila tidak ada, tidak dicari. Bila ada, tidak dipanggil. Bila sakit, tidak dijenguk. Bahkan bila mati, tidak dihadiri jenazahnya”.
Para sahabat ada yang bertanya: “Tunjukkan kepada kami salah seorang dari mereka”.
Rasulullah SAW menjawab: “Dia bernama Uwais Al Qorni, kulitnya hitam cokelat, kedua bahunya lebar, sedikit tinggi, dan selalu menundukkan kepalanya untuk membaca Qur’an. Ia tidak dikenal di bumi, tapi sangat terkenal di langit. Andaikan ia bersungguh-sungguh minta sesuatu kepada Allah pasti dikabulkan. Di bahu kirinya ada belang sedikit. Wahai Umar dan Ali, bila kalian dengannya, mintalah kepadanya agar membacakan istigfar untukmu”.
Pembaca Radar Banjarmasin, Kajian Tarbiyah Hikmah Al-Hikam ke-11 ini, Tuan Guru KH Muhammad Bahiet menuturkan, itulah salah satu dari sekian banyak penjelasan daripada hikmah kesebelas ini. Artinya sembunyikan keberadaan amal engkau, mengandung dua pengertian. Pertama, waktu beramal jangan terlihat orang lain. Kedua, jangan ceritakan sesuatu yang telah engkau amalkan, tahun lalu, minggu lalu, yang orang tidak mengetahui. Jangan diceritakan, maka amal ibadah yang tersembunyi itu lebih selamat dan lebih sempurna ganjarannya di sisi Allah.
Hikmah kesebelas ini ada hubungannya dengan hikmah yang kesepuluh bahwa Imam Ibnu Atha’illah membicarakan tentang ikhlas. Ruh amal itu adalah ikhlas. Amal ibadah yang tidak ada ikhlasnya, sama dengan manusia yang tidak punya ruh. Bagaimana caranya agar kita ikhlas? Antara lain adalah dengan menyembunyikan amal itu.
Rasulullah SAW bersabda, “Bahwasanya keutamaan amal ibadah yang dirahasiakan atas amal ibadah yang nampak adalah tujuh puluh lipat kali ganda. Setan itu senantiasa membisikkan kepada manusia agar menyebutkan amalan-amalan yang telah dikerjakan, akhirnya manusia sebutkan amal yang telah dikerjakan itu. Maka ditulislah amal ibadah tadi menjadi amal ibadah yang zahir, dan dihapus lipat ganda itu seluruhnya.