PELAIHARI – Insiden ambruknya gudang penjemuran rubber smokes sheet (RSS) di pabrik karet remah (PKR) milik PT Kintap Jaya Wattindo (KJW) masih dalam penyelidikan kepolisian.
Bangunan berangka baja dan beratap seng di Desa Liang Anggang Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut itu ambruk pada Kamis (9/3). Ketika jam istirahat makan siang dan cuaca sedang cerah.
Delapan pekerja tertimbun reruntuhan. Setelah empat jam evakuasi, tujuh orang selamat. Dan satu orang meninggal di lokasi.
Kapolres Tanah Laut, AKBP Rofikoh Yunianto melalui Kasat Reskrim, AKP Agus Adi Prayoga mengatakan, penyebab ambruknya bangunan milik PT KJW itu masih diselidiki.

“Masih dalam proses,” ujarnya ketika dihubungi Radar Banjarmasin, kemarin (10/3).
Mantan Kapolsek Kintap ini menambahkan, penyidik masih memeriksa sejumlah saksi.
Ditanya berapa orang dan dari mana saja, ia mengaku belum bisa menginformasikan. “Nanti, masih proses,” kata Agus.
Terkait kondisi terkini korban, tiga orang masih dirawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Mereka adalah Arjuni, Nunci, dan Eko Ari Sandi.
Sisanya sudah boleh pulang ke rumah. Yaitu Mahdianur, Muhammad Abdulah, Muhammad Kariyadi, dan Dian.
Sedangkan korban tewas atas nama Muhammad Yunus, warga Desa Liang Anggang, Bati-Bati.
Sepengetahuan Kepala Desa Liang Anggang, Sukiman, perusahaan belum memberikan santunan. Baik untuk korban luka maupun meninggal.
“Siang tadi memang ada orang perusahaan yang datang bersilaturahmi. Tapi kalau untuk memberikan santunan, setahu saya belum ada,” bebernya.
Dari delapan korban, empat orang merupakan warganya. “Termasuk yang meninggal,” ungkap Sukiman.
Hasil penelusuran, Radar Banjarmasin mendapat nomor telepon atas nama Riyadi dari PT KJW. Saat dihubungi, ia mengaku belum bisa memberikan pernyataan. Alasannya masih berada di luar daerah.
Sementara itu, Pemkab Tanah Laut melalui Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian sedang mengidentifikasi korban. Guna memastikan kepesertaan perlindungan kecelakaan kerja dan kematian pada BPJS Ketenagakerjaan.
Kepala Disnakerind Tala, Masturi mengatakan, identifikasinya lewat NIK (nomor induk kependudukan) para korban. “Jika ternyata kepesertaanya tidak aktif, ini sangat kami sayangkan,” uarnya. (sal/gr/fud)