AMUNTAI – Pemuda 21 tahun ini ditangkap polisi tak jauh dari kantor Bupati Hulu Sungai Utara (HSU). Kasusnya adalah perdagangan satwa liar yang dilindungi undang-undang.
Inisialnya MR, warga Desa Hambuku Lima Kecamatan Babirik.
Pada Senin (6/3) malam ia diringkus di Jalan Norman Umar Kecamatan Amuntai Tengah.
Ketika MR membawa dua ekor anak kucing hutan yang punya nama latin Prionailurus bengalensis.
Kapolres HSU AKBP Moch Isharyadi Fitriawan melalui Kasat Reskrim Iptu Krismandra mengatakan, satwa liar ini dilindungi Pasal 40 ayat 2 jo Pasal 21 ayat 2 A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
“Jadi terlapor MR berencana menjual dua ekor kucing hutan ini,” ujar Kris kemarin (7/3).
MR diamankan anggota Unit Tipiter di depan Masjid At-Taqwa. Polisi telah mengendus perdagangan satwa dilindungi ini, lalu MR dipancing keluar.
“Anak kucing hutan ini hendak dijualnya Rp380 ribu. MR rencananya mau bertemu calon pembeli di lokasi penangkapan,” tambahnya.
Kedua ekor kucing itu dibawa MR dalam kotak kardus mie. Di dalamnya, untuk alas kucing, dikasih kain hijau bermotif daun.
“Kepada penyidik, MR mengaku membeli anak kucing hutan ini dari orang lain,” jelasnya.
Pelaku bersama barang bukti kemudian dibawa ke mapolres untuk pendalaman pemeriksaan.
Prionailurus bengalensis memiliki postur kecil, sama seperti kucing, tidak sebesar harimau. Ia punya ciri khas, warna cokelat dengan totol-totol hitam.
Masyarakat lebih mengenalnya dengan nama kucing kuwuk, kucing hutan, atau macan rem-rem. (mar/gr/fud)
