BANJARMASIN – Diguyur hujan deras dan diadang pagar betis aparat, semangat mahasiswa tetap berkobar.
Kemarin (1/3) puluhan mahasiswa dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kalsel berdemo di Jalan Lambung Mangkurat, depan gedung DPRD Kalsel.
Mahasiswa menyuarakan keprihatinan atas penanganan jalan nasional di KM 171, Satui, Kabupaten Tanah Bumbu yang longsor dan terputus karena dikepung lubang tambang batu bara.
“Kami mempertanyakan keseriusan anggota dewan dalam mengawal jalan longsor ini,” kata Yogi Ilmawan sebagai Korwil BEM se-Kalsel.

“Permasalahan jalan di Satui seakan dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya perbaikan,” imbuhnya.
Putusnya jalan Batulicin-Banjarmasin ini jelas mengganggu perekonomian masyarakat. Apalagi sudah ada korban jatuh. Beberapa waktu lalu, seorang pesepeda motor terjatuh ke dalam jurang KM 171.
“Sampai sekarang kondisi jalannya masih sama, bahkan sampai menelan korban luka,” sesalnya.
Isu lain, demonstran menentang penambahan masa jabatan kepala desa hingga sembilan tahun lamanya.
Apalagi, setiap tahun, ada 600 kades yang ditangkap karena kasus korupsi dana desa. “Jabatan kades telah menjadi ladang korupsi terbesar di negeri ini,” kecamnya.
Ini merupakan unjuk rasa susulan. Senin (20/2) pekan lalu, mahasiswa tidak ditemui oleh wakil rakyat yang dicarinya.
Kali ini, mahasiswa ditemui dua legislator, Gusti Abidinsyah dan Muhammad Yani Helmi.
Di hadapan mahasiswa, Abidinsyah menegaskan, masalah KM 171 diawasi oleh Komisi III DPRD. “Kami tak berdiam diri, saat ini menunggu detail engineering design (DED) dari Kementerian Pekerjaan Umum,” terangnya.
Jika DED tersebut disetujui, maka jalan putus tersebut akan segera ditangani. “Tinggal menunggu DED. Kami sudah menanyakan,” imbuhnya.
Perihal penolakan perpanjangan masa jabatan pembakal, Abidinsyah berjanji akan meneruskan aspirasi itu Kementerian Dalam Negeri dan DPR RI. “Kami akan sampaikan segera,” janjinya. (mof/gr/fud)