Lalu bagaimana sampai memutuskan untuk nyaleg? Ia bercerita semula yang ditawari Haji Muhidin adalah suaminya. Namun, suaminya menyarankan agar Umi Sarifah saja yang maju.
“Saya malah tidak tahu (dicalonkan, red). Lagi pula pengalaman belum banyak, karena baru dua tahun di partai. Perlu belajar lagi,” kenangnya.
Tapi karena dukungan suami, anak, serta orang tua, ia akhirnya menyanggupi. “Prinsip saya, kalau sudah Bismillah, jangan setengah-setengah lagi. Harus optimal,” tegasnya.

Resmi nyaleg, Umi Sarifah semakin gencar turun ke lapangan melakukan kampanye. Berbekal pengalaman di PKK ternyata sangat bermanfaat. Tidak salah jika akhirnya ia berhasil mengantongi 3.500 suara.
“Tak menyangka dapat suara pribadi sebanyak itu,” ucapnya, lantas tersenyum.
Walau setiap kali kampanye, ia tak pernah menjanjikan ini dan itu ke masyarakat. Namun sudah ada niat dalam hati, jika terpilih akan memperjuangkan aspirasi masyarakat.
“Image caleg ini banyak janji-janji, Saya tidak mau seperti itu. Saya hanya bilang kalau terpilih, kita selalu ada terjalin silaturahmi. Karena jika sudah duduk, mau berikan bantuan apapun gampang,” ucapnya.
Resmi dilantik menjadi anggota dewan pada Senin, 9 September 2019 silam, Umi Sarifah mulai mengikuti berbagai agenda kegiatan kedewanan. Termasuk tugas ke luar daerah.
Sempat kaget, karena tentu bakal capek. Tak sedikit teman-teman di pengajian bertanya apakah tidak capek sering bepergian. Apalagi usia sudah tidak muda lagi. Menurutnya, capek tidak bisa diukur. Pulang pergi di rumah pun bisa capek.
“Tapi yang namanya sudah Bismillah, dan sudah dikehendaki, ya harus kujalani, kunikmati dan kusyukuri,” ucapnya.
Bagaimana pada pencalegan 2024-2029 mendatang? Ia menyatakan sudah menyiapkan diri untuk kembali nyaleg. “Periode kedua insya Allah dengan dukungan suami, anak dan keluarga, tetap maju. Tolong doanya ya,” cetus Umi Sarifah.(az/dye)