Pencinta burung berkicau tak kenal profesi untuk melakoni hobinya. Mau profesi polisi, tentara, jaksa, PNS, termasuk anggota DPRD. Contohnya anggota DPRD Banjarmasin, Eddy Junaidi yang menggemari burung berkicau sejak sekolah SD.
Oleh: ENDANG SYARIFUDDIN, Banjarmasin

Sudah ada janji bertemu dengan politisi muda Demokrat ini, Rabu (22/3). Kebetulan tanggal merah di kalender. Pertemuan pun dilakukan di toko elektronik miliknya di Jalan Pangeran Samudera, Kertak Baru Ulu, Banjarmasin Tengah. Selain sebagai legislator, suami dari Harlina ini ternyata juga mempunyai usaha.
Saat ditemui, Eddy tampak tengah sibuk melayani pembeli yang datang ke toko. Dia terlihat sangat cekatan dan ramah dalam melayani. Semua hal yang ditanyakan selalu dijelaskan dengan baik. Tak salah jika pelanggan cepat terpikat untuk membeli.
Usai melayani pembeli, Eddy kemudian menghampiri serta mengajak berbincang. Ia mengungkapkan memelihara burung membuat suasana hatinya senang, tenang, dan menimbulkan kepuasan batin. “Dengar kicau burung pagi hari itu bikin suasana hati tenang. Pokoknya bikin rileks,” tutur ayah tiga anak ini.
Menurut lulusan S1 Ekonomi STIE Perbanas Jakarta ini, memelihara burung di era sekarang tak hanya menjadi sebuah hobi. Apalagi dengan adanya tren burung kicau, industri burung ternyata banyak membawa manfaat untuk perekonomian masyarakat. Tak sedikit pencinta burung yang betul-betul menjadikan penangkaran burung sebagai industri.
“Ini hobi yang melahirkan pekerjaan. Potensinya luar biasa karena turunannya banyak. Ada penjual pakan dan obat-obatannya, perajin kandangnya, ada juga lomba-lomba burung berkicau, dan penangkaran yang hasilnya cukup lumayan,” paparnya.
Bagaimana dengan Eddy sendiri, apakah hobi juga dijadikan sebagai industri? Ia mengatakan tidak menjadikan ini sebagai ladang mencari uang. Murni untuk hobi. Dapat dilihat dari koleksinya yang hanya berjumlah 15 ekor. Jenisnya ada Cucak Hijau dan Murai Borneo. “Koleksi saya hanya dua jenis saja, karena suaranya sangat bagus. Bisa menirukan suara jenis burung apa saja,” jelasnya.
Selain koleksi, juga sering mengikutkan dalam lomba burung berkicau. Tidak hanya di Kalsel, bahkan sampai ke Kalteng dan Kaltim. Tidak jarang burung miliknya berhasil menjadi pemenang. “Itu kepuasan juga, bisa sampai menang,” ucapnya.
Tapi sekarang sudah tidak sesering dulu ikut berbagai lomba. Padatnya agenda kerja dewan memaksanya harus menahan diri. “Kalau dulu ikut kontes sampai ke luar Kalsel. Sekarang nggak bisa lagi. Paling ikut lokalan saja,” ucapnya.
Sudah jadi rahasia umum, harga burung berkicau di pasaran mahal. Apalagi kalau sudah pernah menjadi juara dalam suatu lomba. Namun, Eddy tidak pernah membeli burung berkicau yang sudah jadi, atau pernah menang. Alasannya sepele. Harganya pasti mahal.
Ia justru memilih membeli anakan burung. Tapi bibitnya juga tidak sembarang. Tetap mencari yang bagus. Harganya bisa mencapai jutaan. Tapi kalau sudah hobi, tak bisa diukur dengan uang. “Kalau anakan burung yang saya beli ini hanya Rp1 juta,” katanya.
Memang memelihara burung yang masih kecil tidak mudah. Perlu perawatan yang telaten. Mulai dari pakan, tempatnya, dan banyak lagi. Jika ingin menjadikan burung berkicau tentu harus ada asupan khusus. Seperti pelatih melatih atlet untuk diturunkan ke ajang lomba. “Memelihara dari kecil sampai menjadi juara menjadi kepuasan batin tersendiri,” ujarnya.
Bagaimana tanggapan Harlina tentang hobi suaminya itu? “Tentu didukung, karena ini sudah hobi sejak kecil. Asalkan tidak mengganggu aktivitas di kedewanan,” pesannya.(az/dye)