28.1 C
Banjarmasin
Tuesday, 6 June 2023

Monumen Jarum Jadi Pengingat Peristiwa Mei 1998

Ikhtiar Sederhana Menjahit Luka Bangsa

Peristiwa Mei 1998 adalah sejarah kelam bangsa. Para penyintas dan keluarga korban masih menyimpan duka dan trauma akibat kerusuhan itu. Komunitas korban kebakaran Mal Klender mendirikan Monumen Jarum Mei 1998 di Kampung Jati, Jakarta Timur. Monumen serupa ada di TPU Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, tempat para korban dimakamkan massal.

Oleh: SYAHRUL YUNIZAR, Jakarta

03-Wedding-Package-favehotel-Banjarbaru-2023

EKA Budianta merupakan sosok yang terlibat aktif dalam upaya bersama untuk memonumenkan ingatan atas peristiwa yang merenggut lebih dari 400 nyawa itu.

Bukan sebagai lambang dendam, melainkan sebagai ikhtiar untuk menjahit luka bangsa. Sekaligus validasi bahwa peristiwa keji itu memang terjadi.

Bersama Kamala Chandrakirana dan Ester Jusuf, Eka menghadirkan Monumen Jarum Mei Klender. Prasasti berwujud benang dan jarum itu terletak di tengah perkampungan padat penduduk di Kelurahan Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulo Gadung.

Baca Juga :  Cerita Samsinah, Calon Haji yang Meninggal Dunia di Pesawat

Bagi Eka, peristiwa Mei 1998 lebih dari sekadar tragedi kemanusiaan. Kerusuhan itu merupakan memori personal yang tak ingin dia ulang. Pada 16 Mei 1998, Melani Budianta, istri Eka, turut serta dalam aksi di Senayan.

Melani nekat bertolak ke kompleks parlemen untuk membentengi Emil Salim agar tidak ditangkap. Sebagai suami, Eka jelas cemas dan khawatir.

“Saya ketakutan di rumah,” katanya kepada Jawa Pos, Jumat (19/5) malam.

KAMPUNG MEI: Monumen Jarum persembahan Eka Budianta tadinya berada di pinggir kali di Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur ini. | FOTO: FEDRIK TARIGAN/JAWA POS

Pikiran Eka melayang jauh. Dia mendoakan Melani sembari menyaksikan berita tentang lautan massa yang menggugat penguasa sembari meneriakkan perombakan besar bernama reformasi.

Sebagai sastrawan yang ikut merasakan transisi Orde Baru ke era reformasi, Eka tahu benar peristiwa Mei 1998 itu menyakiti hati rakyat.

Baca Juga :  Sensasi Terbang Virtual di Drone FPV: Selain Nyali, Juga Perlu Ikhlas

Biar Siswanya Sedikit, yang Penting Bersemangat: Kelas Tadabur Alam di SDN 1 Tabat HST

Mengajar di dalam kelas itu biasa. Tapi mengajar di atas jukung (perahu) di tengah rawa itu berbeda. Siswa bisa diajak menadaburi alam.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru