Perjalanan H Taufik di dunia politik tidak mudah. Tiga kali pernah gagal pileg. Namun, akhirnya menuai hasil dua kali terpilih. Berikut perbincangan dengan anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di DPRD Kota Banjarmasin ini.
Oleh: ENDANG SYARIFUDDIN, Banjarmasin.
Haji Taufik baru saja pulang dari salat Tarawih, Jumat (14/4) malam. Ditemui ke rumahnya di kawasan Jalan Kuin Banjarmasin Utara. “Tunggu dulu ya. Silakan masuk,” kata salah seorang keponakan Taufik yang tengah duduk di teras rumah.

Tak berapa lama, pria kelahiran Pagatan Besar Kabupaten Tanah Laut (Tala) 11 April 1969 ini keluar menemui. Obrolan santai dilakukan. Ia menceritakan awal mulanya sampai terjun ke politik. Tamat SMK, ia merantau ke Banjarmasin sekitar tahun 1989 silam. Pada masa-masa itu, bisnis kayu memang sedang jaya di Banjarmasin. Banyak berdiri perusahaan kayu lapis.
Latar belakang pendidikannya SMK jurusan perabotan. Berhubung keahliannya di bidang perkayuan, tidak salah jika akhirnya dengan mudah diterima di salah satu perusahaan kayu. “Saya diterima bekerja di perusahaan Tanjung Raya,” katanya.
Semula hanya sebagai operator furniture. Beberapa tahun bekerja, ia mendapat promosi jabatan. “Saya sampai diangkat menjadi asisten manajer,” katanya.
Karir di perusahaan terbilang bagus, lalu kenapa memilih keluar dari pekerjaan dan memilih berpolitik? Taufik mengatakan semula tidak ada niat sedikitpun untuk terjun ke politik. Perkenalan dengan dunia politik justru didapat dari kakak ipar istrinya.
“Istri saya punya kakak ipar namanya Syamsul Arifin, anggota DPRD Kota Banjarmasin. Dia lah yang pertama kali mengenalkan politik kepada saya,” katanya.