Kearifan lokal, kebersihan, kesegaran, tekad kuat dan harapan, itulah nilai-nilai yang hendak disampaikan Aditya Rahman Apriadi lewat logonya.
Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin
KETIKA namanya dipanggil untuk maju ke atas panggung, tepuk tangan terdengar riuh.
Kemarin (13/9) pagi di Kampung Ketupat, Aditya Rahman Apriadi menerima hadiah sebagai juara pertama.

Pemuda kelahiran 11 April 2001 itu memenangkan sayembara desain logo Hari Jadi (Harjad) ke-497 Kota Banjarmasin. Menyisihkan 54 peserta lainnya.
Tampak logo karya Adit telah diaplikasikan dalam latar belakang panggung.
Adit membuat angka 4, 9, dan 7 tampak berundak naik. Bagian atasnya dibuat berombak. Di ujung angka ada hiasan jamang (ukiran khas banjar) dan daun muda. Di bagian bawah, ada warna sasirangan dari motif gigi haruan.
Kepada Radar Banjarmasin, Adit menjelaskan, logo yang didesainnya ingin menonjolkan ‘kekitaan’.
“Sesuai dengan tema Banjarmasin Baiman adalah Kita,” ujarnya. Baiman adalah akronim dari Barasih wan Nyaman (bersih dan nyaman), jargon kota ini.
Ia mengakui pemilihan warna itu subjektif. Contoh kuning, mahasiswa UIN Antasari itu memaknainya sebagai simbol keramahan dan kebahagiaan.
“Hijau sebagai warna alam. Menandakan kota yang nyaman dihuni, bersih dan segar,” jelas mahasiswa yang mengambil Jurusan Perbandingan Mazhab itu.
Lalu biru menyiratkan rasa percaya diri, optimistis untuk kota yang terus berkembang.
Panitia menyediakan waktu selama sepekan antara tanggal 14 sampai 20 Agustus. Adit sendiri cuma perlu waktu tiga hari untuk merampungkan logonya.
Singkat dan mudah? Tidak juga. Adit bolak balik merevisi logonya sebelum dikirimkan ke panitia.
“Pagi sampai malam, bolak balik bikin desain,” ungkap anak pertama dari tiga bersaudara itu.
Paling sulit menurutnya adalah menyederhanakan konsepnya. Sebab logo ini mesti bisa diaplikasikan ke banyak media. Dari baliho sampai kaus. “Dibuat sedemikian rupa dengan banyak perhitungan,” ujarnya.
Logo ini juga akan dicetak untuk ukuran besar sampai kecil. “Itu juga masuk pertimbangan, apakah masih kelihatan atau tidak,” tambahnya.
Paling mengkhawatirkan Adit adalah soal pemaknaan. “Jangan-jangan cuma saya yang memahami maknanya,” ujarnya tertawa.
Perjuangannya toh berhasil. Sebagai juara pertama, ia diganjar hadiah Rp5 juta. Berikut kebanggaan karena karyanya bakal dilihat seluruh masyarakat Banjarmasin.