26.1 C
Banjarmasin
Thursday, 23 March 2023

Menelusuri Beratnya Medan Ekspedisi Meratus Jilid 2

Misi Peningkatan Mutu Pendidikan di Pedalaman

Lima hari menembus hutan belantara menuju Desa Juhu. Desa dengan medan tersulit di Kalimantan Selatan. Ekspedisi kali ini membawa misi peningkatan mutu pendidikan, perbaikan infrastruktur, kegiatan sosial, ekonomi dan pendekatan masyarakat.

Oleh: JAMALUDDIN, Barabai

Kamis 26 Januari 2023, rombongan berjumlah 110 orang menempuh perjalanan bermakna. Dengan jarak ratusan kilo, membelah rimbunnya hutan Meratus.

Dipimpin langsung oleh Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) Aulia Oktafiandi, Ekspedisi Meratus jilid ke-2 dimulai. Ternyata medan yang ditempuh lebih ekstrem ketimbang jalan menuju Gunung Halau-halau.

010-Ramadhan-favehotel-Banjarbaru-Event-Ads

Rombongan menyusuri empat desa dalam waktu lima hari. Start dimulai di Desa Batu Kambar. Ke sini jalannya masih bisa diakses dengan motor. Perjalanan dilanjutkan menuju Desa Batu Perahu. Dari sini, rombongan bupati memilih jalan kaki agar bisa menyapa masyarakat.

Sedangkan rombongan Sekda, Muhammad Yani naik trail. Maklum usianya sudah tua. Jalan memang masih bisa diakses menggunakan motor trail. Tapi, medannya terjal dan berbatu. “Saya hampir jatuh. Jembatan jebol, ban trail saya terperosok. Kondisi jalan licin, ketinggian jembatan 20 meter di bawahnya sungai,” kata Yani.

Medan jalan sulit dan melelahkan, membuat beberapa rombongan menyerah. Mereka balik kanan sebelum sampai ke Desa Batu Perahu. “Ada sekitar lima orang,” sebutnya. Rombongan pun mulai berkurang.

Sebenarnya ada saja ojek untuk menuju Batu Perahu. Tapi, ongkosnya cukup mahal. Sekali ojek bisa sampai Rp200 ribu. Jika pergi pulang (PP) bisa mencapai Rp500 ribu. Ojek barang juga bisa, hitungannya per kilo Rp10 ribu. “Semakin jauh desa yang dituju, harganya semakin mahal,” bandingnya.

Baca Juga :  Dua Desa Terpencil di HST Bakal Berstatus Desa Tertinggal

Sampai di Desa Batu Perahu, ada beberapa kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Seperti meresmikan ruang baru, taman kanak-kanak, perpustakaan, memberi berbagai bantuan, serta melakukan pemberdayaan kepada para guru. “Sebenarnya tujuan perjalanan ini ingin merasakan apa yang dirasakan warga di pedalaman,” ujar sekda.

Selama ini memang perjuangan masyarakat untuk bertahan di pedalaman Meratus sangat luar biasa. Masyarakat di sana juga komitmen ingin terus melestarikan dan menjaga hutan. Mereka mengandalkan hasil hutan untuk bertahan. Seperti menjual kayu manis dan menjala ikan. “Ekspedisi ini menunjukkan pemkab, utamanya bupati, hadir langsung ke masyarakat,” jelasnya.

Di hari kedua, Yani melanjutkan perjalanan menuju desa ketiga. Desa Aing Bantai. Rombongan melewati jalan berbukit. Mereka berhasil sampai di puncak pertama. Di sini, Yani sudah merasa lelah. Tubuhnya tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan. Daripada merepotkan orang nantinya, ia memilih untuk turun dan kembali. Pada ekspedisi kali ini diakuinya kurang persiapan. Ia jarang olahraga, karena waktu luangnya direnggut kesibukan. “Padahal masih ada tiga puncak lagi yang harus didaki,” ucapnya.

Rombongan pun semakin berkurang. Tersisa 70 orang melanjutkan perjalanan menuju Desa Aing Bantai. Setibanya di Aing Bantai, rombongan bermalam di sana.

Baca Juga :  Mengenal Lebih Dekat Komunitas ARCI Kalsel

Pada Sabtu pagi, rombongan bupati melanjutkan perjalanan ke Kampung Pasumpitan. Perjalanan melewati jembatan dan sungai. Membayangkan saja pasti lelah. Rombongan tiba di Desa Juhu, desa terakhir pada Minggu 29 Januari. Di sini bupati melakukan berbagai kegiatan sosial.

Seperti meresmikan sekolah kecil menjadi Sekolah Negeri Juhu. Selain itu, bantuan seragam dan alat tulis juga diberikan kepada para siswa. Ini merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan pendidikan masyarakat Desa Juhu.

Rencana bupati juga akan membangun jembatan di pedalaman, tahun ini. Jembatan ini nanti bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat. Panjangnya kurang lebih 80 meter. Kemudian di beberapa titik akan dipasang paving. Agar motor bisa lewat. “Dibangun dengan Dana Desa. Kemudian ada bantuan dari pemerintah daerah. Mulai dari Kampung Atiran, Batu Perahu, sampai Aing Bantai,” bebernya.

Selain itu, pemerintah juga punya rencana mengembangkan ekowisata. Mengembangkan hasil hutan bukan kayu. Tanaman kopi jadi pilihan. Namun, lokasi yang dicari tingginya di atas 1.500 mdpl.

Bupati menjelaskan pembangunan infrastruktur dan peningkatan pendidikan di pedalaman Meratus bertujuan untuk memperbaiki kehidupan warga. “Supaya mereka setara dengan warga yang ada di Kota Barabai. Mendapat akses dan pendidikan yang sama,” tegas Aulia Oktafiandi.(gr/dye)

Dua Rumah dari Tiga Serangkai Banjarbaru Masih Lestari

Pembangunan Tugu Nol Kilometer di eks tempat Parkir Pasar Bauntung dikaitkan dengan tiga serangkai Van der Pijl, Zafry Zamzam dan Said Hasyim. Ternyata rumah ketiganya mengelilingi tempat parkir yang menjadi lokasi pembangunan tugu nol tersebut.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru