Diperkenalkan pada Februari 2022 lalu, hingga kemudian resmi diluncurkan pada Maret 2023, penerapan E-Parkir masih menemui kendala. Mulai dari aplikasi yang kerap error, hingga masih banyaknya juru parkir (jukir) yang enggan menerapkannya.
Mayoritas jukir beralasan, penerapan E-Parkir justru menyulitkan mereka. Hal itu terungkap ketika Dinas Perhubungan (Dishub) Banjarmasin menggelar sosialisasi dan evaluasi penerapan E-Parkir di Kota Banjarmasin, kemarin (25/5) pagi.

Digelar di Rattan Inn Banjarmasin, peserta sosialisasi mayoritas adalah para jukir. “Saya sudah berkali-kali menggunakan E-Parkir. Sesudah itu, aplikasinya sering error. Tak saya pakai lagi,” ujar Lukman, jukir di Pasar Gadang.
Perihal aplikasi bermasalah itu, Lukman mengaku sudah pernah melaporkannya ke dishub. Namun, setelah kembali berjalan normal, aplikasi kembali error.
“Untuk bisa mengakses pun perlu password (kata sandi, red). Selalu berubah-ubah. Jadi saya rasa cukup sulit,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan jukir lainnya, Yana. Bedanya, jukir di kawasan Jalan Niaga ini mengaku masih keberatan menerapkan E-Parkir. Alasannya, dia mengaku tak ingin kerepotan.
“Bila ada event besar bagaimana? Sulit sekali mengatur pengendara. Bisa-bisa jalanan malah macet hanya karena mendata satu persatu kendaraan yang datang untuk parkir,” jelasnya.
“Itu, belum termasuk ketiadaan alat pendukung. Misalnya, gawai (handphone). Saya punya, tapi itu untuk anak saya. Untuk keperluannya sekolah,” tambahnya.
Selain membutuhkan gawai, penerapan E-Parkir juga memerlukan printer bluetooth. Yang digunakan sebagai bukti pembayaran.
“Alat itu, cukup mahal. Harganya bisa mencapai ratusan ribu. Menunggu print bukti pembayaran keluar, bisa-bisa pengendara yang lain justru kabur,” keluh jukir lainnya, Fajar.