BANJARBARU – Dinas Perdagangan Kalsel melapor ke Kementerian Perdagangan atas masalah Minyakita. Stok yang langka membuat harga minyak goreng produksi pemerintah itu mahal. Bahkan melampaui harga eceran tertinggi (HET).
“Kami laporkan saat rapat antar kementerian dengan melibatkan pelaku industri migor curah,” kata Kepala Disdag Kalsel, Birhasani kemarin (3/2).
Pusat pun berjanji akan meningkatkan produksi Minyakita pada Februari hingga April, menjelang bulan Ramadan dan hari raya Idulfitri.
“Pemerintah bakal meningkatkan kapasitas produksinya sebesar 50 persen,” sebutnya.

Sebelumnya produksi Minyakita hanya 3.000 ton per bulan. Nanti akan ditingkatkan menjadi 4.500 ton.
Dengan adanya tambahan produksi, diharapkan stok Minyakita kembali normal. “Sehingga harganya bisa kembali stabil,” harap Birhasani.
Di Kalsel, Minyakita sudah dijual hingga Rp16 ribu bahkan Rp17 ribu per liter. Padahal HET-nya Rp14 ribu.
Kelangkaan disebabkan perlambatan produksi, sehingga berdampak pada penyaluran ke distributor dan pedagang.
“Lalu mengakibatkan pasokan berkurang, harganya pun menjadi lebih mahal,” katanya.
Birhasani mengimbau agar pedagang tidak sewenang-wenang menaikkan harga. Karena pemerintah akan mengawasi dan menindak kenaikan harga yang tidak wajar.
Riza, salah seorang pedagang di Pasar Bauntung, Banjarbaru, mengaku terpaksa menjual Minyakita melampaui HET lantaran modalnya sudah mahal.
“Harga belinya sudah di atas HET duluan, jadi kami jual segitu juga,” katanya.
Dia menjual Minyakita Rp16 ribu seliter. “Sudah sebulan stok di distributor selalu kosong. Kami sampai harus mencari ke Kalteng,” tambahnya. (ris/gr/fud)