BANJARBARU – Sempat vakum beberapa tahun gegara pagebluk. Penilaian Adipura terhadap kab/kota di Indonesia informasinya akan segera dimulai. Predikat Adipura tahun 2022 disebut juga akan diumumkan akhir tahun.
Untuk Kota Banjarbaru sendiri, penilaian dari Kementerian LHK ini disebut-sebut akan dimulai dalam waktu dekat.

Momen ini tentu menarik, mengingat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Kota berjuluk Idaman ini secara beruntun terus mendapat predikat Adipura. Yang diklaim sebagai penghargaan bagi daerah yang berhasil mengelola kebersihan serta pengelolaan lingkungannya.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarbaru membenarkan jika tahun ini akan ada penilaian Adipura. Kota Banjarbaru katanya dalam waktu dekat memang masuk fase penilaian.
“Terakhir itu kan tahun 2018 setelahnya vakum karena pandemi. Tahun ini baru dimulai lagi, ya ini kita sudah mempersiapkan juga sejak beberapa waktu terakhir,” kata Kepala DLH Kota Banjarbaru, Sirajoni.
Sesuai klasifikasi, Kota Banjarbaru kata Sirajoni masuk dalam kategori Adipura Kota Sedang. Banjarbaru akan bersaing dengan kota-kota lainnya untuk meraih predikat Adipura tahun 2022.
“Sebenarnya penilaiannya ini diam-diam. Artinya kita tidak diberi tahu kapan tim penilai ini turun. Tim ini bukan hanya dari Kementerian, tapi juga pihak provinsi bahkan ada LSM atau organisasi lingkungan juga dilibatkan,” bebernya.
Soal optimistis, Sirajoni menjawab jika pihaknya optimistis bisa mendapat predikat Adipura. Hal ini didasarkan pada kesiapan Kota Banjarbaru dalam pengelolaan lingkungan dan kebersihannya.
Poin tertinggi dinilai kata Sirajoni ada dua lokasi. Yakni di TPA dan juga pasar rakyat. Untuk Banjarbaru, TPA katanya berada di Gunung Kupang Cempaka, sementara pasar rakyat di Pasar Bauntung Banjarbaru.
“Iya benar dua titik itu akan jadi salah dua penilaian paling tinggi poinnya. Kalau aspek lain ya umum saja, semisal bagaimana TPS, lalu pengelolaan persampahan di perkantoran, ada sekitar 30 titik pantau,” jawabnya.
Tim juga akan menilai bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kebersihan lingkungannya. “Membakar sampah itu tidak diperbolehkan. Jadi kita harap warga bisa bersama-sama menjaga hal ini,” pesannya.
Ditanyakan apa benefit atau keuntungan meraih Adipura? Sirajoni menjawab bahwa predikat itu tentunya menjadi bukti dan pencapaian suatu daerah mampu mengelola lingkungan dan kebersihannya.
“Kalau sejauh ini juga semisal kita meraih predikat Adipura akan berpotensi mendapat Dana Insentif Daerah (DID). Cuman kita kurang mengetahui apakah tahun ini kembali seperti itu,” tuntasnya.
Kepercayaan diri yang sama juga diutarakan oleh Kepala UPT Pasar Bauntung, Adi Royan. Dirinya memang mengetahui bahwa pasar yang dikelolanya termasuk titik pantau penilaian Adipura.
Menurut Adi, sejauh ini pengelolaan kebersihan dan persampahan di Pasar Bauntung sudah cukup maksimal.
“Untuk sampah organik diolah untuk budidaya ulat Maggot. Total ada dua titik di pasar untuk pengelolaan sampah berbasis budidaya ulat Maggot ini. Seharinya ada sekitar 300 kilogram yang diolah untuk budidaya ulat-ulat ini,” katanya.
Lantas bagaimana dengan sampah non organik? Sejauh ini, petugas kebersihan kata Adi juga menerapkan sistem pilah. Yang mana sampah seperti botol-botol plastik akan disisihkan untuk kemudian dijual lagi.
“Kalau produksi sampah non organik ini sekitar 10 kilogram perharinya. Nah kita bikin mekanisme untuk yang botol-botol plastik itu dibedakan, jadi akan mengurangi sampah yang masuk ke TPA,” bebernya.
Sementara itu, Muriyati, salah seorang pedagang sayur di Pasar Bauntung mengaku tak tahu jika pasar tempat ia berjualan akan jadi titik penilaian Adipura. Bahkan dengan jujurnya, ia tak mengetahui apa itu Adipura.
“Tidak tahu sih kalau tidak ditanya wartawan. Pihak pengelola juga tak ada memberitahukannya Ya bagus saja sih kalau memang dinilai. Mungkin karena pasar ini yang terbesar ya,” kata Muriyati.
Soal pengelolaan kebersihannya, Muriyati mengaku memang punya tempat sampah tersendiri. Namun untuk urusan membuangnya, ia menyebut itu merupakan tanggungjawab petugas kebersihan.
“Yang jelas kita tidak membuat berserakan saja, karena sudah ada tempatnya. Nah setelah itu yang membuangnya dari petugas kan,” tutupnya.
Dari pihak lain terutama kalangan legislatif. Anggota Komisi III DPRD Kota Banjarbaru, Nurkhalis Anshari meminta agar Pemko tak hanya serius memerhatikan kebersihan lingkungannya saat momentum Adipura saja.
Bagi Nurkhalis, ketika sudah mendapat predikat Adipura Pemko juga harus komitmen menjaga kebersihannya. Agar hal ini katanya dapat menjadi acuan bahkan contoh untuk warga Banjarbaru.
“Yang harus ditanamkan itu adalah bahwa menjaga kebersihan lingkungan merupakan urusan wajib dari setiap masyarakat. Sehingga membangun rasa kepedulian masyarakat akan arti lingkungan sangatlah penting dibandingkan hanya sekedar mengejar penghargaan piala adipura,” ingatnya.
Dilanjutnya, Adipura sendiri merupakan penghargaan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah dalam menjaga kebersihan wilayahnya.
“Nah yang kami harapkan adalah, ada atau tidak adanya penilaian adipura, kebersihan lingkungan harus tetap kita jaga dan miliki kesadarannya,” sentilnya.
Menurut pandangannya, biasanya selama ini kegiatan kebersihan hanya dilaksanakan disaat penilaian adipura. Sehingga disaat setelah ataupun tidak dilaksanakan penilaian adipura, lingkungan kembali tidak diperhatikan ataupun kembali kotor. (rvn/ij/bin)