BANJARMASIN – Musim kemarau tiba. Pagi hari, kabut tipis menyebar di sejumlah wilayah di Banjarmasin. Misalnya, di Kelurahan Sungai Andai, kemarin (25/5).
Dari mana datangnya kabut itu? Apakah dari kebakaran hutan dan lahan? Belum ada yang mengetahui.

Namun, jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarmasin meminta agar masyarakat Kota Banjarmasin mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Terlebih ketika memasuki musim kemarau.
Berdasarkan catatan BPBD Banjarmasin, berkaca pada data di tahun 2019 lalu, kebakaran hutan dan lahan biasa terjadi di kawasan atau daerah perbatasan. Antara Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala (Batola), atau antara Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Seperti di Kelurahan Tanjung Pagar, Kelurahan Sungai Lulut, hingga Kelurahan Sungai Andai.
Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina mengatakan pihaknya sudah mengikuti rapat koordinasi (rakor) nasional terkait pengendalian karhutla. Kawasan yang berpotensi karhutla sudah dipetakan dalam rakor.
“Baik itu lahan-lahan pertanian, lahan gambut atau lahan rawa yang kering,” ujarnya, kemarin.
Lalu, bagaimana dengan Kota Banjarmasin? Menurut Ibnu, Banjarmasin hanyalah wilayah yang terdampak dari adanya karhutla. “Kalau di Kota Banjarmasin, hampir-hampir tak ada potensi kebakaran lahan,” ucapnya.
Sederhananya, kabut asap yang datang hanyalah kiriman. Dari kawasan Kabupaten Barito Kuala, atau Kabupaten Banjar. “Termasuk juga dari Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng),” ucapnya.
Ibnu menilai walau ada kabut, masih belum ada asap di pagi hari. “Meskipun pagi hari tampak tidak cerah, tapi tak ada bau asap yang menyengat,” bandingnya.
Namun, Ibnu tetap meminta warga Banjarmasin waspada terkait adanya aksi pembakaran lahan. Lantas, bagaimana antisipasinya?