BANJARMASIN – Sampah sungai masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar. Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai dituding menjadi penyebab utama.
Kota Banjarmasin yang memiliki banyak sungai, menjadi salah satu daerah penyumbang sampah sungai terbanyak.
Maka tak salah bila Kota Seribu Sungai menjadi tuan rumah peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023.

Sungai Martapura di Muara Teluk Kelayan, Banjarmasin Selatan menjadi lokasi puncak peringatan yang jatuh kemarin (24/2).
Acaranya bersih-bersih sungai. Hingga puluhan kantong besar berisi sampah sungai terkumpul.
“Masalah sampah muncul di hampir seluruh sungai di Kalsel, termasuk di Banjarmasin yang memiliki banyak sungai,” kata Sekdaparov Kalsel, Roy Rizali Anwar.
Menurutnya, persoalan ini harus segera dicarikan solusinya. Oleh pemerintah maupun penggiat isu lingkungan.
Roy meminta, sungai bebas dari sampah mesti menjadi cita-cita bersama. Caranya, dimulai dengan tidak membuang sampah ke sungai dengan alasan apapun.
“Perlu saling mengingatkan bahwa sungai bukan tempat sampah. Ini yang perlu ditekankan kepada masyarakat. Khususnya warga yang tinggal di bantaran,” imbuhnya.
Apalagi sungai di Kalsel, khususnya Sungai Martapura, masih menjadi denyut nadi ekonomi masyarakat. “Jika sungai terpelihara dengan baik, maka perputaran roda ekonomi masyarakat yang sangat bergantung pada sungai akan tetap terjaga,” paparnya.
Bagaimana tidak, sungai yang kotor akan menjadi imej jelek untuk daerah tersebut. Terlebih, ada beberapa titik sungai yang menjadi destinasi wisata.
Dan ini kian relevan di tengah ancaman banjir yang kian sering datang. Sebab sungai adalah drainase alami.
Roy juga tidak ingin masalah sampah memicu musibah seperti longsor sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah Cimahi, Jawa Barat yang menelan korban jiwa.
“Insiden ini menjadi pelajaran bagi semua orang untuk lebih peduli dengan sampah,” pungkasnya.
Lalu apa solusi dari pemerintah? Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana menjawab, untuk meminimalisir sampah sungai, tahun ini ditargetkan terbentuk 20 bank sampah di sepanjang Sungai Martapura.
Saat ini sudah 12 bank sampah yang beroperasi. “Dengan adanya bank sampah, warga akan mendapat pemahaman bahwa sampah bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis,” paparnya.
Diakuinya, sampah sungai masih menjadi momok. Kesadaran masyarakat untuk mengubah pola pikir agar tidak membuang sampah ke sungai masih menjadi tantangan.
“Perlu kesadaran tinggi. Kami tak hanya intens membersihkan, juga ada edukasi masif. Termasuk soal program bank sampah ini,” tutup Hanifah. (mof/gr/fud)