BANJARBARU – Rencana pembangunan Aerocity lama tak terdengar. Konsep kota baru berbasis bandara yang luas wilayah sekitar 5.600 hektare ini disebut menunggu kesiapan pemerintah daerah (Pemda).
Hal itu diutarakan Dony Subardono General Manager Bandara Internasional Syamsuddin Noor. “Ketika daerah sudah siap, kami akan lapor ke pusat. Tidak bisa dari pihak bandara, karena kan ada pemda yang mengatur penataan kota,” katanya, Selasa (21/2).
Bandara, kata Dony, sebagai support utama pembangunan aerocity ini. Jika sudah diajukan kepada pusat, nantinya daerah mendapat investasi prioritas. Tujuannya, untuk mengimbangi penataaan kota daerah. “Itu kan membutuhkan investasi yang tidak sedikit,” jelasnya.
Dony menyebut, saat ini pihaknya masih menunggu produk hukum dan konsep keseluruhan aerocity dari pemda. Dia mengakui, aerocity ini mampu menggerakan ekonomi.

Dari itu, ia mempertanyakan, apakah lingkup area untuk aerocity sudah siap atau belum. Seperti area parkir di sekitar bandara yang menjamur contohnya. “Kalau sekarang sudah ada, bagaimana penataannya,” tanyanya.
Kendati begitu, ia memastikan, pihaknya selalu membuka diri untuk berkomunikasi dengan pemda. “Karena kita kan support daerah. Terutama untuk menggerakan ekonomi daerah,” tutupnya.
Kanafi Kepala Bappeda Banjarbaru menuturkan, perencanaan tata ruang aerocity sudah diselesaikan, tinggal menyelesaikan dua sub BWK (bagian wilayah kota, red). “Mungkin tahun ini kita kerjakan, untuk menyelesaikan RDTN (Rencana Detail Tata Ruang, red),” jelasnya.
Nantinya semua itu digunakan sebagai dasar perizinan di DPMPTSP. Ia mengakui, untuk mewujudkan pembangunan aerocity perlu dokumen yang cukup detail. “Misalnya perencanaan blok dan seterusnya. Kesulitan hanya regulasi,” tuturnya.
Saat ini pihaknya berencana memasukan pembangunan aerocity dalam perwali dan perda.
Kepemilikan tanah sendiri disebutnya milik masyarakat. Karenanya, jika hendak membangun aerocity, sosialisasi yang masif diperlukan. “Itu yang akan datang kita lakukan,” tutupnya. (dza/yn/bin)