BANJARMASIN – Angka terduga pengidap penyakit Tuberkolosis (TB) di Kota Banjarmasin mengalami kenaikan. Berdasarkan data Dinkes Banjarmasin, angka terduga TB tahun 2022 tadi berjumlah 12.477. Melonjak naik bila dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Di tahun 2021, angka terduga TB berjumlah 8.515. Sedangkan tahun 2020, berjumlah 5.413.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Sekretaris Dinkes Banjarmasin, dr Dwi Atmi Susilastuti menjelaskan itu karena pihaknya gencar melakukan pelacakan terhadap terduga TB.
Supaya bisa mengendalikan penyakit tersebut. “Jadi, memang sebanyak-banyaknya yang dicari. Jangan sampai justru ada yang tersembunyi, namun justru menularkan,” ungkapnya, Senin (20/3).
“Sebenarnya prestasinya itu menemukan sebanyak-banyaknya. Bukan berarti naik itu jelek,” tekannya.
Berdasarkan angka penyembuhan, pengobatan atau treatment terhadap mereka yang terjangkit TB juga mengalami peningkatan dibandingkan dua tahun sebelumnya. “Tahun 2022 tadi, ada sebanyak 1.959 orang. Lalu di tahun 2021, sebanyak 912 orang. Tahun 2020, sebanyak 730 orang,” jelasnya.
Sedangkan untuk angka kematian akibat penyakit TB, Atmi mengatakan di tahun 2022 sekitar tiga persen dari jumlah yang ada. Artinya, ada sebanyak 58 orang.
Adakah upaya penanganan yang dilakukan selain pelacakan? Atmi mengatakan salah satu upaya dengan gencar melakukan sosialisasi. Ambil contoh sederhana, menggelar workshop dalam rangka memperingati Hari Tuberkolosis Sedunia.
Workshop itu digelar di Rattan Inn Banjarmasin pada Sabtu (18/3) pekan tadi. Tampak hadir di situ, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Seluruh Indonesia (PDPI) Cabang Kalsel, dr Isa Ansori.
Saat workshop, Isa mengatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat kedua untuk penyakit TB di Dunia. Kewaspadaan risiko penularan penting dilakukan untuk memutus penyebaran penyakit tersebut. “Perlu kepedulian bersama terhadap TB. Mulai dari mencegah risiko penularan, hingga pengobatan untuk mencegah kematian,” ujar dokter sepesialis paru itu.
Selain melalui sosialisasi yang disertai gencarnya pelacakan terduga TB, Atmi juga meminta masyarakat untuk tidak menyepelekan batuk. Dia mengingatkan bagi mereka yang batuk selama lebih dua pekan tak sembuh-sembuh, sebaiknya segera memeriksakan diri.
Hendaknya masyarakat juga giat atau disiplin menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Tak ketinggalan pula, peduli dengan kesehatan gizi. “Kalau merasa terpapar, setop penularan. Segera pastikan itu TB atau bukan, lalu ikuti prosedur kesehatan untuk pengobatan secara teratur,” tekannya.
Atmi juga bilang diagnosis TB bisa dilakukan lebih mudah. Kini dengan metode berbasis tes cepat mokuler alias TCM. Belum lama tadi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga memberikan bantuan terkait sarana penunjang TCM. Diberikan sebanyak 1.200 cartridge TCM. Itu dibagikan kepada empat fasyankes.
“Di antaranya untuk RSUD Anshari Saleh, RSUD Ulin, Puskesmas Pekauman, dan Puskesmas Cempaka. Kalau habis, tinggal mengajukan permohonan bantuan,” pungkasnya.(war/az/dye)