BANJARMASIN – Ahad (19/2) pagi, Jalan Teluk Tiram Darat di Banjarmasin Barat sudah dipadati ribuan jemaah haul ke-34 Mualim Abdussyukur.
Masjid Jami yang menjadi pusat acara haul sesak. Tenda di sepanjang jalan raya pun penuh.
Saking banyaknya, panitia harus menggelar karpet tambahan agar yang baru datang tetap kebagian tempat duduk.
Jalan sudah ditutup sejak pertigaan Jalan Teluk Tiram Darat dan Jalan Dahlia. Mereka yang hendak menuju Teluk Tiram, bisa masuk lewat Jalan Ampera.

“Jam 7-an sudah mulai sesak,” ungkap Hasbi relawan di Gang Rahmat Tiram 13 kepada Radar Banjarmasin.
Panitia sudah memprediksi, jemaah yang datang tahun ini bakal lebih banyak dari haul 2019 kemarin (sebelum pandemi covid).
Untuk melayani jemaah yang menempuh perjalanan jauh, disiapkan tempat istirahat, makanan dan minuman. “Semuanya gratis,” kata Hasbi.
Salah seorang jemaah, Suryanoor tampak haru. Ia teringat dengan suasana haul Guru Sekumpul di Martapura. “Suasananya sudah seperti haul di Sekumpul,” ujarnya.
“Ribuan manusia datang sejak pagi. Mungkin karena sudah dua tahun tak dibuka untuk umum, makanya tahun ini membeludak,” sambungnya.
Menurutnya, wajar bila ada yang mengaitkan suasana haul di Teluk Tiram dengan Sekumpul.
Sebab, ulama kebanggaan masyarakat Banjarmasin, KH Ahmad Zuhdiannoor atau Guru Zuhdi dari Sungai Jingah, pernah berguru kepada Mualim Syukur.
Di pengujung usianya, Mualim Syukur yang menyarankan agar muridnya (Guru Zuhdi) belajar kepada KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul.
“Ulama besar kita adalah murid sidin (beliau),” kata pria 31 tahun itu. Kesimpulannya, ada koneksi erat di antara ketiga ulama besar ini.
10 Ribu Orang
Abdussyukur bin Jamaluddin lahir pada 1899. Wafat pada 1990, tepatnya tanggal 27 Rajab.
“Beliau adalah pemegang kunci futuh. Pembimbing rohani bagi murid-muridnya yang tersebar di Banjarmasin dan sekitarnya,” ungkap Ustaz Yusuf Hilmi.

Dijelaskannya, gelar Mualim berarti ahli agama atau guru agama.
Semasa hidup, Mualim Syukur menimba ilmu di Mekkah selama 25 tahun. Salah seorang gurunya adalah Syekh Muhammad Amin Quthbi.