Pernyataan bahwa Omicron hanya flu dengan nama yang lebih keren membuat masyarakat lengah dan pemerintah minim mitigasi.
***

BANJARMASIN – Fakta pertama, gejala yang dimunculkan Omicron memang ringan. Bahkan cenderung tak bergejala.
Fakta kedua, Omicron tetap berbahaya bagi kelompok rentan. Seperti lansia, pemilik komorbid dan yang belum divaksin.
Terkadang, kita hanya memilih untuk mendengarkan fakta yang kita sukai….
“Gejala bagi kelompok rentan ini lebih berat, bahkan dapat menyebabkan kematian,” tegas anggota Tim Pakar COVID-19 Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin, kemarin (18/2).
Diingatkannya, Omicron lebih menular dan lebih berisiko reinfeksi ketimbang Delta.
Perihal seberapa besar kelompok rentan tersebut, data menunjukkan, vaksinasi lengkap (dua dosis) di Kalsel per tanggal 16 Februari baru menyentuh 38 persen dari populasi 4,07 juta jiwa.
Lebih rendah lagi untuk vaksinasi lengkap lansia yang baru menyentuh 24 persen dari sasaran 328 ribu jiwa.
Muttaqin menyebutkan, di provinsi ini ada 1,37 juta jiwa yang belum atau tak bisa divaksin. Khusus lansia ada 157 ribu jiwa yang belum divaksin.
“Data itu menunjukkan masih banyak penduduk yang rentan dan belum terlindungi,” tekannya.
Menurutnya, angka-angka di atas adalah akibat sikap pemerintah yang terlalu meremehkan Omicron.
Dari 18 Januari sampai 17 Februari, ada 6.965 warga terkonfirmasi positif. “Terbanyak dari Kota Banjarmasin dengan jumlah 3.787 kasus. Setara dengan 54 persen dari total kasus provinsi,” tambahnya.
Dilaporkan 34 orang dinyatakan meninggal dunia. “Lagi-lagi paling banyak dari Banjarmasin dengan 17 kasus kematian,” lanjutnya.
Soal solusi, Muttaqin meminta pemprov dan pemko lebih tegas. “Kendalikan mobilitas penduduk. Dan hentikan sementara PTM sampai situasi aman,” sarannya.
Diwawancara terpisah, Plt Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, Machli Riyadi menekankan hal berbeda. Bahwa masyarakat tak boleh dibuat panik.
“Penambahan kasusnya rata-rata 200 kasus per hari. Sangat menular. Tapi jangan lupa, angka kesembuhannya juga tinggi,” ujarnya.
Machli juga memastikan cuma 25 kasus yang dipicu oleh Omicron. Mengacu pada hasil Whole Genom Sequencing (WGD) di Kementerian Kesehatan.
“Walaupun patut dicurigai yang berkembang sekarang di Banjarmasin adalah Omicron,” akunya.
Meski agak terlambat, Dinkes berencana membeli reagen khusus untuk mendeteksi varian COVID-19. “Pekan depan insyaallah sudah bisa didiagnosa untuk menegaskan ini Omicron atau Delta,” lanjutnya.
Ditanya soal belasan pasien yang meninggal dunia itu, Machli berkelit. “Beberapa keluarga tak mengizinkan kami mengambil sampelnya,” tukasnya.
Ditanya solusi, ia mengabarkan tentang instruksi terbaru dari Kementerian Dalam Negeri. Bakal ada pengetatan lagi.
Contoh, mal dan ritel harus ditutup pada jam 9 malam. Lalu resepsi perkawinan dibatasi 50 persen dari kapasitas tempat. “Berlaku sejak 15 Februari sampai 14 hari ke depan,” imbaunya.
Soal vaksinasi, dia kembali mengeluhkan dua faktor. Pertama, jumlah target vaksinasi lansia yang tak sesuai dengan data riil di lapangan. Kedua, keterlambatan pengiriman stok vaksin dari pemerintah pusat.
“Lalu sekolah kembali PJJ (belajar daring). Ini menjadi kendala di lapangan untuk vaksinasi anak,” pungkasnya. (war/at/fud)