23.1 C
Banjarmasin
Tuesday, 21 March 2023

28 Kasus DBD dalam Dua Bulan di HSS, Didominasi Anak-anak dan Remaja

KANDANGAN – Teror demam berdarah dengue (DBD) di musim penghujan yang masih terjadi di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) masih bermunculan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten HSS merinci dari Januari sampai Februari 2023 terdata ada 28 kasus warga terserang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Angka ini jika dikomparasikan selama dua bulan di tahun 2022 lalu meningkat. Rinciannya dari Januari sampai Februari 2022 hanya ada dua kasus DBD di Kabupaten HSS.

Kabid Kesehatan Masyarakat dan Sistem Informasi Kesehatan (Kesmas dan SIK) Dinas Kesehatan (Dinkes) HSS, Daru Priyanto menjelaskan dari sudah ada 28 kasus DBD di Kabupaten HSS tidak sampai ada korban jiwa.

010-Ramadhan-favehotel-Banjarbaru-Event-Ads

“Meski kasus DBD meningkat di tahun ini tidak ada yang meninggal dunia,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (15/3).

Dari total 28 kasus DBD dari bulan Januari sampai Februari diakibatkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti di awal tahun ini menyerang di delapan kecamatan di Kabupaten HSS.

“Daerah paling banyak kasus DBD di Kecamatan Kandangan,” katanya.

Baca Juga :  Banjarbaru Dibayangi KLB Diare dan DBD, Sampai Maret Bulan Paling Rawan

Kasus gigitan nyamuk Aedes Aegypti tahun ini didominasi anak dan remaja.

“16 orang usia 5 sampai 14 tahun,” sebut Daru.

Antisipasi dilakukan mencegah kasus DBD tidak meluas dengan dikeluarkan surat edaran (SE) Bupati HSS Achmad Fikry nomor 443.4.42/108/P2P/Diskes tentang pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3 M plus dengan gerakan satu rumah satu jumantik minandaklanjuti surat dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel nomor : 443.2/243-P2P/Dinkes tentang potensi peningkatan kasus infeksi dengue di tahun 2023.

Dari SE tersebut, upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD dengan melakukan berbagai langkah. Mulai dari di lingkungan rumah dan masing-masing perkantoran secara rutin seminggu sekali melakukan kegiatan PSN 3 M Plus melalui kegiatan menguras, menutup, dan mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas yangmemiliki potensi untuk menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah.

Kemudian plus pada 3 M plus yaitu dengan melakukan kegiatan menabur atau meneteskan larvasida pada tempat penampungan air, menggunakan obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah, sampai mulai menggunakan air pancur (shower) untuk mandi.

Baca Juga :  DBD di Banjarbaru: Landasan Ulin Timur Paling Parah

Selanjutnya menggiatkan gerakan satu rumah satu jumantik (Juru Pemantau Jentik), di lingkungan Kabupaten HSS dengan upaya berkoordinasi dengan ketua atau pengurus RT setempat membentuk jumantik lingkungan dan koordinasi jumantik, membentuk supervisor jumantik, mengajak keluarga dan tetangga untuk menjadi jumantik rumah dan melakukan pemantauan jentik nyamuk serta PSN 3 M plus di rumah masing-masing.

Bergerak serentak bersama warga setempat dalam menciptakan kawasan bebas jentik, serta berkoordinasi dan bekerja sama dengan satgas kebersihan kelurahan dan desa dalam penanganan PSN 3 M plus.

Aldi, salah warga Kandangan mengatakan, mencegah kasus DBD, dirinya sebagai kepala keluarga rutin melakukan PSN dengan pola 3 M (menguras, menutup dan mengubur), untuk memberantas jentik nyamuk penyebab penyakit tersebut.

“Serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujarnya. (shn)

DBD di Banjarbaru Terus Naik, Jangan Sampai Ada yang Meninggal Dunia

Kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Kota Banjarbaru terpantau terus naik. Sejak di awal-awal hanya ada terkonfirmasi belasan kasus, kini angkanya cukup tinggi.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru

/