29.1 C
Banjarmasin
Sunday, 2 April 2023

Menjelujur Massal di BSF Diganjar Rekor Leprid

Banjarmasin Sasirangan Festival: Warisan Leluhur, Meningkatkan Nilai Jual

Menjelujur kain secara massal menjadi pembeda di rangkaian acara Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) tahun ini. Tak memandang usia, semua asyik menjelujur.

****

Kain putih sepanjang satu meter dipangkunya. Di permukaan kain tergambar dua pola. Ada yang seperti bunga teratai, juga garis bergelombang. Jarum beruntai benang berwarna cokelat ditusukkan ke permukaan kain itu. Mengikuti pola yang tergambar. Perlahan, pola itu kian tampak, diiringi senyum mengambang Rizka Amalia.

Setelah pola itu tampak semakin jelas, kain pun dieratkan. Bila semula berbentuk lembaran kain yang utuh, kini kain itu tampak seperti dipelintir lantaran dieratkan dengan benang.

010-Ramadhan-favehotel-Banjarbaru-Event-Ads

“Asyik dan seru,” ujar siswi kelas VIII di SMPN 15 Banjarmasin itu. “Saya jadi pengin buat lagi,” tambahnya.

Tidak hanya Rizka yang datang bersama 16 teman-temannya saja. Ratusan masyarakat berbagai usia juga tampak melakukan aktivitas yang sama di kawasan Menara Pandang di Jalan Pierre Tendean, kemarin (12/3) pagi.

Mereka duduk lesehan bergerombol. Tak peduli hujan gerimis, semuanya asyik menjelujur kain yang nantinya diubah menjadi kain sasirangan itu. “Sasirangan sudah menjadi ciri khas. Menjelujur juga menambah kreativitas,” puji Norsiah.

“Masyarakat Banjar harus bisa menjelujur,” tambah Ibu PKK dari Kelurahan Sungai Bilu, Kecamatan Banjarmasin Timur itu.

Menjelujur massal ini merupakan satu dari banyaknya rangkaian acara dalam gelaran event tahunan yang digagas pemko melalui Dekranasda Banjarmasin itu. Tahun ini, menjelujur massal menjadi pembeda acara. Sebagai upaya lebih mendekatkan lagi proses pembuatan kain sasirangan kepada generasi muda. Supaya kelak terwujud kampung-kampung penjelujur di Banjarmasin. Setidaknya itu yang diinginkan Ketua Dekranasda Banjarmasin Siti Wasilah.

Baca Juga :  Bangganya.. Sasirangan Tampil di Panggung New York Fashion Week

Menjelujur massal yang digelar ini juga dicatat dalam Lembaga Prestasi Rekor Indonesia Dunia (Leprid). Dalam kegiatan tampak Ketua Umum dan Pendiri Leprid, Paulus Pangka bersama timnya mencatat dan mengabadikan kegiatan tersebut.

Paulus Pangka memuji kegiatan ini. Bahkan menganggapnya luar biasa. “Telah menciptakan rekor dunia baru versi Leprid. Di mana, ada 1.000 pelajar juga ibu-ibu PKK Kota Banjarmasin menjelujur kain sasirangan,” ucapnya.

Apalagi pemecahan rekor ini hanya butuh waktu sehari untuk persiapan. Padahal pada umumnya perlu persiapan berbulan-bulan, hingga mengajukan permohonan. “Sehari sebelumnya kami diundang. Hari ini kami datang,” ungkapnya.

Menurutnya, paling penting dalam kegiatan ini bagaimana masyarakat bisa terinspirasi untuk meneruskan, atau mewarisi nilai-nilai luhur kebendaan yakni kain sasirangan. “Mahakarya yang sangat luar biasa. Diwariskan dari nenek moyang,” pujinya, kemarin (12/3).

“Hari ini, kami semua menyaksikan, juga diajari bagaimana proses pembuatannya,” lanjutnya. “Para pelajar, bapak-bapak dan ibu-ibu, memberikan pendidikan hingga membuat kita tahu ternyata membuat kain sasirangan itu seperti ini,” tambahnya.

Paulus Pangka menyebut kegiatan ini tidak hanya bernilai seni. Namun, kainnya yang bisa dikenakan juga berguna untuk industri kreatif, hingga bisa menghasilkan sesuatu. Ia berharap kegiatan ini bisa terus dilaksanakan ke depannya. Baik melalui pelatihan-pelatihan yang digagas Dekranasda Banjarmasin, atau dinas terkait lainnya.

“Diajarkan khusus untuk para pelajar. Bisa dimulai dari siswa SMP dan SMA. Supaya mereka bisa tahu bagaimana proses pembuatan kain sasirangan,” tekannya.

Baca Juga :  Padukan Pakem dan Kekinian, Wasilah: Perajin Sasirangan Sebaiknya Berkelompok

Hal senada diungkapkan Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Raden Kurleni Ukar. Ia yakin ketika masyarakat atau wisatawan mengetahui bagaimana susahnya membuat kain sasirangan, maka nilai jualnya akan meningkat.

“Bagi kami, kegiatan ini bisa mendatangkan wisatawan, meningkatkan perekonomian masyarakat, hingga nilai jual produk itu sendiri,” ucapnya.

Lalu, bagaimana dengan harapan berdirinya kampung-kampung jelujur? Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Banjarmasin, Iwan Fitriady menjelaskan bahwa pihaknya akan memulainya dengan pendataan.

“Kawasan mana saja yang memungkinkan untuk dijadikan Kampung Jelujur,” ucapnya, kemarin.

Hingga saat ini, paling dikenal sebagai Kampung Jelujur di Banjarmasin hanya ada dua. Di kawasan Kampung Sasirangan di Kelurahan Sungai Jingah, dan Kampung Sasirangan di Kelurahan Seberang Masjid. Sementara para perajin sebenarnya cukup banyak, dan tersebar di sejumlah wilayah di Kota Banjarmasin.

“Tahun ini akan kami mulai dan tindaklanjuti arahan (pembentukan kampung jelujur, red) itu,” janjinya.

Untuk diketahui, BSF tahun ini adalah ketujuh kalinya. Kegiatan berpusat di dua tempat. Di Siring Jalan Jenderal Sudirman, dan Siring Pierre Tendean. Ada banyak kegiatan yang digelar. Dikemas dalam bentuk pendidikan serta budaya bersasirangan. Ada pameran, diskusi, fesyen, karnaval, dan acara menarik lainnya.

BSF ditarget menyasar pasar yang lebih luas dengan teknik marketing kreatif, serta menjaga keberlangsungan produksi kain sasirangan dan produk turunannya agar tidak putus. Kegiatan yang dihelat pada 10-12 Maret ini dialokasikan anggaran sebesar Rp1,5 miliar.(war/az/dye)

Melebihi Target, Banjarmasin Sasirangan Festival Catat Transaksi Hampir Rp1,5 Miliar

Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2023 berakhir sudah. Selama tiga hari digelar sejak Jumat hingga Minggu (12/3) malam, pelaksanaannya mencatat transaksi hampir Rp1,5 miliar.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru