31.1 C
Banjarmasin
Saturday, 25 March 2023

Kematian Ibu Turun, AKB AKABA Naik

KANDANGAN – Selama tahun 2022, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA) di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), ada yang turun dan naik jika dikomparasikan dengan tahun 2021.

Kabid Kesehatan Masyarakat dan Sistem Informasi Kesehatan (Kesmas dan SIK) Dinas Kesehatan (Dinkes) HSS, Daru Priyanto merincikan berdasarkan data di tahun 2022 AKI 88,2 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 16,7 per 1000 kelahiran hidup, dan AKABA 18,8 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan di tahun 2021 AKI 103 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 10,3 per 1000 kelahiran hidup, dan AKABA 11,5 per 1000 kelahiran hidup.

“Berdasarkan data AKI turun. AKABA dan AKB naik jika dibandingkan tahun 2021,” ujarnya.

Penyebab AKI disebabkan oleh penyakit tidak menular. Dua orang dengan hipertensi dan satu orang dengan penyakit hipertiroid.

010-Ramadhan-favehotel-Banjarbaru-Event-Ads

Kemudian, penyebab AKB karena masih banyaknya dengan kelahiran bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dari ibu hamil yang mengalami anemia dan ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK). Sehingga persalinan sebelum waktunya atau prematur dan pada masa hamil berat badan bayi tidak meningkat karena ibu hamil kekurangan gizi (Ibu Hamil) KEK.

Baca Juga :  Selama 2022 di HSS Angka Kematian Ibu Menurun, Kematian Bayi dan Balita Meningkat

Sedangkan penyebab AKABA satu orang karena tenggelam dan enam orang lagi karena demam, sesak napas, kejang, bronkopneumonia, serta sepsis.

Berbagai langkah dilakukan Dinkes Kabupaten HSS untuk menurunkan AKI, AKB dan AKABA mulai dari pembentukan dan evaluasi jejaring skrining layak hamil, ANC (Antenatal Care)  dan stunting, melaksanakan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat).

Selanjutnya melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Baik fasilitas kesehatan dasar atau rujukan, meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan, peningkatan kesadaran dan pendidikan kesehatan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak.

Kemudian perlindungan dan peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui program-program pemerintah seperti imunisasi, pemantauan pertumbuhan, dan pengendalian penyakit, peningkatan aksesibilitas dan kualitas air minum dan sanitasi yang baik, penyediaan obat-obatan dan alat kesehatan yang sesuai standar dan tersedia secara terus-menerus.

Baca Juga :  Urgensi Trigatra dalam Perkembangan Bahasa Anak

Sampai penyediaan akses informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang cara untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil kurang energi kronik (KEK) dan PMT bagi balita dengan gizi kurang dan gizi buruk, serta penyelenggaraan pelatihan pemberian makanan tambahan anak (PMBA) bagi kader.

Sementara Kepala Puskesmas Jambu Hilir, Roslinda mengatakan berbagai langkah dilakukan jajarannya untuk menurunkan AKI, AKB dan AKABA mulai dari kelas bumil, kelas balita, posyandu balita, kunjungan ANC oleh kader dan bidan, kunjungan PNC, orientasi P4K bagi bidan, kepala desa, kader dan tokoh masyarakat, posyandu remaja, penyuluhan caten.

Selanjutnya pelatihan kader posyandu remaja, otopsi verbal bila ada kematian maternal dan neonatal, Sufas (Supervisi Fasilitatif) ke BPM, Sufas ke bidan desa, pemberian PMT balita, bimbingan dan konseling perkawinan kerja sama dengan KUA, pendampingan dan kunjungan stunting atau gizi kurang atau buruk.

“Sampai kunjungan lapangan bumil KEK, Resti serta pembinaan BPM,” ujarnya. (shn/ij/bin)

Urgensi Trigatra dalam Perkembangan Bahasa Anak

IDEALNYA sejak dini anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dengan baik sehingga mudah berkomunikasi dengan siapapun. Sayangnya, pada keluarga tertentu masih ditemukan terlambatnya perkembangan bahasa anak.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru