Relokasi rumah warga yang masuk ke badan sungai dinilai jadi salah satu solusi untuk menanggulangi banjir. Hal ini lantaran ada beberapa rumah yang bangunannya mengganggu fungsi aliran sungai.
Soal relokasi, beberapa warga yang kemungkinan terdampak mengaku keberatan. Lantaran, mereka mengklaim sudah terlampau lama berdiam di rumah yang sekarang ditempati.
Akhmad Rizani, warga Kertak Baru Cempaka yang rumahnya memang menyerobot ke aliran sungai mengaku masih belum memahami konsep relokasi tersebut.
Ia khawatir jika relokasi malah akan membuat tempat tinggal pengganti jadi tak jelas. Apalagi, di rumah yang sekarang, ia sudah tinggal puluhan tahun hingga sekarang sudah dikarunai dua orang anak.

“Kalau kita berharapnya tak sampai dipindah. Sungainya saja misalnya dikeruk atau dilebarkan. Ada juga rencana dulu beberapa bangunan rumah yang masuk sungai dipotong, itu saja kita agak berat,” katanya.
Memang, Rizani berharap tidak ada banjir lagi di pemukimannya. Ia sendiri sadar bahwa sungai yang sempit dan dangkal memicu banjir cepat meluap. Apalagi rumahnya langsung membelakangi bibir sungai.
“Tapi rumah-rumah ini sudah dari dulu telah berdiri. Dari zaman ayah saya. Nah mengapa tidak sungainya saja yang diperbaiki,” tanyanya.
Memang katanya, kondisi rumah warga yang masuk ke aliran sungai tergolong bermacam-macam. Ada yang pondasinya saja di bagian sungai, ada yang dapurnya, ada yang separo masuk sungai, ada juga yang rumahnya menyeberangi sungai.
“Kalau relokasi ini ada solusinya bagi kami yang terdampak, ya bisa sepakat saja. Cuman kan jangan sepihak lah, kita harus dilibatkan, jangan tiba-tiba nanti ada relokasi,” ujarnya.
Beralih ke warga yang bermukim di pinggiran sungai lainnya di Cempaka. Abdul Fatah, warga Kertak Baru Cempaka ini juga mengutarakan kejujurannya.
Selain khawatir tempat tinggal pengganti kurang layak dan jauh dari keluarga. Ia juga berpandangan dari sisi kenangan rumah yang didiaminya sekarang.
Dikisahkannya bahwa rumah yang ditinggalinya sekarang merupakan warisan orang tuanya. Bahkan ia telah berpuluh-puluh tahun tinggal di rumahnya meski disadari bahwa salah satu sudut bangunan rumah memang mengenai badan sungai.
“Yang masuk sungai kan tiang pondasi sama bagian dapur dan WC. Nah kalau itu diubah saya tidak apa-apa, cuman jika dihancur sangat keberatan. Ini rumah orang tua dari kecil, sayang sekali,” jujurnya.
Ia sendiri berharap bahwa ada jalan keluar. Yang mana penanggulangan banjir bisa dilakukan tanpa harus merelokasi warga.
“Sebaiknya ada musyawarah kalau memang rencana ini bakal dilakukan,” ucapnya. (rvn/yn/bin)