29.1 C
Banjarmasin
Sunday, 2 April 2023

BUTA AKSARA AL-QUR'AN DI NEGERI MAYORITAS MUSLIM

28 Persen Muslim di Banua Tak Bisa Mengaji..?

Wakil Ketua MPR RI, Yandri Susanto mengungkap, 72 persen muslim Indonesia tidak bisa mengaji. Bayangkan, angka buta aksara Al-Qur’an sebesar itu menimpa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Bagaimana di Banua?

***

BAGAIMANA dengan di Kalimantan Selatan? Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalsel, Muhammad Tambrin menjawab sebaliknya.

“Di sini justru kebalikannya. Yang bisa ngaji sebanyak 72 persen,” katanya kepada Radar Banjarmasin kemarin (6/3).

010-Ramadhan-favehotel-Banjarbaru-Event-Ads

Tambrin menyadari, klaimnya tak didukung data. Tapi ia yakin, pernyataannya bisa dibuktikan lewat penelitian yang ilmiah.

“Karena masyarakat Kalsel sangat religius. Ini dibuktikan daftar tunggu haji kita yang sudah mencapai 36 tahun, terlama dari semua provinsi,” tegasnya.

Argumennya juga didukung oleh banyaknya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di Banua. “TPA-nya saja ribuan,” ujarnya.

Disebutkannya, di Kalsel ada 290 pondok pesantren, 1.470 madrasah, dan 400 madrasah diniyah.

“Jadi kita harus yakin, muslim di sini lebih banyak yang bisa mengaji ketimbang yang tidak,” lanjutnya.

Kalau ada 28 persen yang belum bisa mengaji, menurut Tambrin, itu disebabkan kelalaian individunya sendiri. “Juga faktor lingkungan dan keluarga,” imbuhnya.

Cuma 150 Ribu Rupiah

Guru ngaji semestinya tak perlu lagi memikirkan urusan perut. Mereka fokus saja mendidik anak muridnya.

Masalahnya, taraf kesejahteraan guru ngaji di Kalsel masih rendah.

Fakta itu diakui Ketua Umum Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kalsel, Hermansyah.

Dia memberi contoh, di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), alokasi bantuan dari pemda untuk guru ngaji hanya Rp150 ribu per bulan.

Baca Juga :  Berharap Gelar Pahlawan Nasional Untuk Datu Kelampayan

“Nilainya bervariasi, berbeda antar daerah. Ada yang kasih 300 ribu rupiah, 200, atau bahkan 150 saja per bulan,” sebut Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kalsel itu.

Herman menyebutkan, saat ini Kalsel punya 18 ribu ustaz dan ustazah. Mereka yang memikul misi pemberantasan buta aksara Al-Qur’an.

Saban tahun, pemprov mengucurkan dana hibah ke BKPRMI. Tahun ini saja sebesar Rp800 juta. “Tentu saja sebagian dipakai untuk peningkatan kesejahteraan ustaz dan ustazah,” pungkasnya.

Terpisah, Ketua Umum BKPRMI Banjarmasin, Ichrom Muftezar mengatakan, ada bantuan Rp600 ribu per bulan dari pemko untuk guru ngaji di Banjarmasin.

Sifatnya penghasilan tambahan. Sebab mereka sudah menerima honor dari TKA/TPA tempatnya mengajar. “Nilai bantuan pemko alhamdulillah meningkat dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Pada 2021, bantuannya Rp400 ribu. “Sejak 2022 naik menjadi Rp600 ribu, sampai sekarang,” tambahnya.

Saat ini, ada 192 guru ngaji di Banjarmasin yang menerima bantuan tersebut.
Berhitung dengan kebutuhan hidup di Banjarmasin, nominalnya memang tidak seberapa. Tapi menurutnya patut disyukuri. “Kami tentu berharap ada kenaikan lagi,” harap Tezar.

Zaman Serba Mudah, Tinggal Kemauan

SYAMSURANI adalah guru gaji di Kelurahan Birayang Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Dia sudah mengajar sejak tahun 1987.

Bang Ancu, sapaan akrabnya, rutin mengajar di musala. Kalau di rumah khusus untuk mengajar tilawah.

Dia melihat ada perbedaan cara mengajar antara generasi 80-an dengan sekarang.
“Dulu hanya mengenal metode mengeja per huruf atau disebut metode Al-Baghdadiyah,” katanya kemarin (6/3).

Baca Juga :  Masjid Sultan Suriansyah Mirip Masjid Demak

Menurutnya, metode lama sulit dipahami karena kurang menarik. Inilah penyebab anak zaman dahulu lebih lambat belajar mengajinya.

Bandingkan dengan sekarang yang memakai metode Iqra. “Dengan metode ini (Iqra) anak-anak lebih aktif. Bisa belajar sambil bernyanyi untuk mengenal huruf Hijaiyah,” jelasnya.

Faktor lain, lembaga pendidikan yang lebih terorganisir. Di HST sudah berdiri Itqoh dan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI).

Hasilnya, di HST sudah berdiri 333 unit TPA. Tersebar di desa-desa dengan jumlah santri 24 ribu orang.

“Setiap tahun kami mewisuda tahfiz sekitar 2.400 orang,” sebutnya.

Maka Syamsurani hakulyakin, kasus 72 persen muslim tak bisa mengaji itu tidak bakal terjadi di Barabai. Di kota-kota besar mungkin terjadi, tapi tidak untuk HST.

Ratusan TPA itu juga takkan kehabisan anak didik. Sebab mayoritas orang tua HST masih menganggap penting pendidikan agama.

Disinggung soal kesejahteraan, dari pemkab ia menerima insentif Rp375 ribu per bulan. Total yang dibantu ada 1.832 guru ngaji.

Selama 36 tahun memberantas buta aksara Al-Qur’an, Bang Ancu telah menyimak berbagai macam keluhan anak lintas generasi.

Dia merasa, sekarang semakin mudah untuk belajar mengaji. Ada ponsel pintar yang bisa membantu untuk merekam dan mengulang pelajaran.

“Kalau dulu perekamnya hanya otak. Jadi cuma orang yang serius ingin mendalami Islam yang bisa belajar membaca Al-Qur’an,” tutupnya.

Dengan segala kemudahan ini, maka sebenarnya tak ada lagi alasan untuk tidak bisa membaca kitab suci. (ris/mof/mal/gr/fud)

Banjarbaru Ingin Kembali Hadirkan Ustaz Hanan Attaki

Pada gelaran Banjarbaru Ramadan Festival (BRF), Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Banjarbaru, Ahmad Yani Makkie mengatakan, panitia berencana mengundang salah satu dai kondang nasional.

Temui Kami di Medsos:

Terpopuler

Berita Terbaru