KOTABARU – Masyarakat Kabupaten Kotabaru tumpah ruah, Ahad (5/2) malam. Menyaksikan perayaan Cap Go Meh di depan Kelenteng Tri Dharma (TITD) An Hwa Tian.
Pantauan Radar Banjarmasin, yang datang tidak lagi ratusan, tapi sudah ribuan. Dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa.
Mereka datang ke kelenteng tua di Kelurahan Kotabaru Tengah itu untuk menonton atraksi ular naga hingga barongsai.
Pengurus kelenteng, Gunadi Utomo menjelaskan Cap artinya sepuluh, Go artinya lima, dan Meh artinya malam. Maka diartikan sebagai perayaan hari ke-15 setelah tahun baru Imlek.

“Buat masyarakat Kotabaru, saya ucapkan terima kasih karena sudah mendukung sepenuh hati perayaan Cap Go Meh pada malam ini,” ungkapnya.
Dalam kepercayaan warga Tionghoa, barongsai bukan sekadar hiburan. Itu ritual untuk mengusir roh jahat.
“Sejak siang tadi, barongsai berkeliling kota. Menurut kepercayaan kami, barongsai bisa mengusir roh-roh jahat di dalam rumah atau toko. Sehingga bisa mendatangkan rezeki yang diharapkan,” terangnya.
Salah seorang warga non Tionghoa yang menonton perayaan Cap Go Meh adalah Ema Apriliani.
“Ini momen yang langka. Momen yang saya tunggu-tunggu setiap tahunnya,” kata Ema.
Dia melihat toleransi beragama yang nyata dalam perayaan ini.
“Terlihat, walaupun mereka minoritas, tapi diberikan kebebasan untuk mengenalkan kebudayaannya. Dan kita bisa memanfaatkannya sebagai tontonan hiburan,” imbuh Ema.
Kelenteng An Hwa Tian berada di pertigaan Jalan Sisimangaraja dan Jalan Agus Salim. Tempekong di Kecamatan Pulau Laut Sigam ini sudah berdiri sejak tahun 1895. (jum/gr/fud)