BANJARMASIN – Sungai-sungai di Kota Banjarmasin sedang diserang pampangan yang datang dari aliran Sungai Barito. Seperti yang terjadi di Sungai Martapura, dan Sungai Kuin. Tumpukan eceng gondok disertai sampah yang mengambang di atas aliran sungai itu bahkan sampai menutup arus sungai.
Kondisi itu dikeluhkan masyarakat yang kesehariannya memanfaatkan aliran sungai. Tidak hanya mengganggu arus transportasi sungai. Salah satu warga Kelurahan Kuin Utara, Nana khawatir pampangan menimbulkan penyakit. Bahkan sebagian warga yang biasanya mandi di sungai, terpaksa mengurungkan niatnya.
“Seperti di belakang rumah saya ini, sudah dua hari setiap sore tumpukan eceng gondok pasti tertahan di Jembatan Putih. Jadi tetangga saya yang biasanya mandi di batang belakang rumah memilih pindah ke lokasi lain,” ungkapnya, baru-baru tadi.

Para tetangganya memilih mandi ke dermaga depan Makam dan Masjid Sultan Suriansyah. “Kami khawatir bisa gatal-gatal kalau dipaksakan mandi di sekitar pampangan ini,” ungkapnya.
“Soalnya bisa saja kan ada getah atau kuman yang ikut terbawa eceng gondok ini. Belum lagi sampah plastik yang ikut tertumpuk. Jadi wajar kalau warga di sini khawatir,” tambahnya.
Ia menceritakan serangan eceng gondok sering terjadi di Sungai Kuin setiap sungai memasuki fase pasang. “Mayoritas masyarakat di sini (Kelurahan Kuin Selatan dan Utara, red) masih mengandalkan air sungai. Jadi kami berharap kondisi ini bisa segera ditangani dan dicarikan solusi, supaya sungai kita bisa bebas dari yang namanya pampangan,” harapnya.
Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, Hilyah Aulia menilai wajar jika masyarakat mengeluh. Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PBK) itu mengaku juga sudah menerima keluhan itu langsung dari masyarakat.
“Banyaknya eceng gondok yang masuk ke sungai kita ini sangat mengganggu aktivitas masyarakat. Apalagi di tempat kita masih banyak warga yang mandi di sungai. Khususnya anak-anak,” ungkapnya.
“Takutnya air sungai kita jadi tidak sehat gara-gara serangan ilung (eceng gondok, red) ini,” tambahnya.
Menurutnya, kemunculan pampangan ini secara tidak langsung merusak citra kota sungai yang dimiliki Banjarmasin.
“Masa Kota Seribu Sungai yang seharusnya memiliki sungai yang indah dan bersih malah berseberangan dengan kenyataan. Jadi harus ditangani dan dicari solusi,” tukasnya. “Kita tentunya juga akan malu kalau hal ini tidak tertangani dengan benar,” tambahnya.
Hilyah mendesak Pemko Banjarmasin segera melakukan penanganan. “Kami sudah koordinasikan dengan DLH dan PUPR supaya persoalan pampangan ini diatasi secepatnya. Akan lebih bagus jika bisa menahannya di bagian hulu dan muara Sungai Barito,” tegasnya.(zkr/az/dye)