BANJARBARU – Warga dan pengendara yang melintas di kawasan Landasan Ulin Banjarbaru dihebohkan dengan penampakan awan gelap pekat di langit. Kejadian ini terpantau pada Rabu (1/3) petang kemarin.
Pemandangan ini membuat warga cukup penasaran. Lantaran, biasanya cuaca mendung dianggap tak sampai setebal dan sepekat seperti petang tadi.
“Biasanya memang mendung juga kalau mau hujan, tapi ini pekat sekali dan tebal. Itu langit menghitam semua kelihatannya,” kata Dhana, warga Syamsudin Noor Banjarbaru.
Soal fenomena ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Syamsudin Noor di Banjarbaru menyebut jika awan mendung tersebut merupakan awan cumulonimbus.

“Kondisi cuaca di wilayah Kota Banjarbaru terpantau hujan ringan hingga sedang disertai kilat/petir sejak siang hingga malam hari ini disebabkan oleh adanya tutupan awan cumulonimbus (Cb),” ujar prakirawan BMKG Syamsudin Noor, Ruth Mandasari S.
Kondisi ini bisa terjadi katanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya masih aktifnya kondisi La Nina.
“Kemudian adanya tarikan massa udara akibat adanya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian Utara yang mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Kalimantan Selatan,” jelasnya.
Kondisi inilah yang katanya berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan-awan konvektif, serta aktifnya gelombang atmosfer Kelvin dan Low Frequency yang berpropagasi (merambat) ke arah Timur dan mencakup wilayah Kalsel.
“Ini berdampak pada peningkatan jumlah curah hujan di sebagian besar wilayah di Kalimantan Selatan termasuk Kota Banjarbaru. Dan munculnya awan CB tadi,” ungkapnya.
Tak lupa, ia menyebut bahwa awan CB merupakan awan konvektif atau awan penghasil hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
“Jadi memang penampakannya, awan ini biasanya dikenali dengan warnanya yang gelap pada bagian dasar awan dan memiliki bentuk yang besar atau tinggi,” tuntasnya.
Menurut Ruth, munculnya awan CB tergolong lumrah di kondisi sekarang. Sebab, wilayah Kalsel katanya saat ini masih dalam musim penghujan, jadi fenomena ini masih wajar saja terjadi.
“Terkait dengan kondisi cuaca ekstrim beberapa hari ini kami juga sudah mengeluarkan press release sebagai himbauan kepada masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrim dan angin kencang khususnya pada tanggal 24 Februari hingga 2 Maret 2023,” tuntasnya.
Fenomena cuaca ekstrem dan awan pekat tersebut juga memunculkan sebuah kabar jika berdampak pada penerbangan di Bandara Syamsudin Noor di Landasan Ulin Banjarbaru.
Dari informasi yang beredar, dua penerbangan dari Surabaya menuju Banjarbaru disebut terdampak. Yang mana membuat pesawat tak bisa mendarat. Terlebih awan hitam ini juga menyelimuti kawasan bandara.
Soal ini, pihak bandara Syamsudin Noor menjelaskan bahwa secara umumnya tak ada gangguan ataupun kendala seperti informasi yang beredar.
“Normal saja. Tidak ada (informasi gagal mendarat) di bandara Syamsudin Noor,” kata Stakeholder Relation Manager Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin, Ahmad Zulfian Noor.
Dilanjutkannya, bahwa adanya kabar pesawat dari Surabaya yang gagal mendarat di Banjarbaru juga tak benar. Meskipun diakuinya ada satu penerbangan yang terpantau mengalami delay.
“Cuman Citilink saja yang delay karena cuaca buruk di Surabaya. Kalau operasional di bandara kita normal saja. Citilink juga sudah mendarat lancar sekira pukul 18.05 Wita,” tuntasnya. (rvn/yn/bin)