Sebagian orang mengidamkan pekerjaan di perusahaan tambang batu bara. Gaji besar dan fasilitas oke menjadi alasan. Namun, jangan dibayangkan lingkungan kerjanya mudah. Apalagi bagi seorang perempuan.
***
BATULICIN – Tanyakan saja kepada AW. Perempuan 22 tahun ini punya pengalaman buruk saat bekerja di sebuah kontraktor batu bara yang beroperasi di Kabupaten Tanah Bumbu.
Lulus kuliah tahun 2022, ia melamar ke sana. AW mendapat posisi general affair. Tugasnya adalah mengurus pelbagai kebutuhan operasional perusahaan.

“Aku nggak pakai jalur orang dalam. Jadi bisa dibilang hoki karena masuk ke perusahaan intinya, bukan subkonnya,” kata AW kepada Radar Banjarmasin, Rabu (31/5).
AW yang juga pernah bekerja selama kuliah, mendapati lingkungan dan budaya kerja yang sangat berbeda.
“Waktu aku masuk, memang harus beradaptasi lagi. Apalagi mayoritas pria dewasa,” ujarnya.
Satu bulan pertama, AW sudah tak betah. Tapi karena tuntutan orang tua, ia memilih bertahan.
“Aku nggak biasa kalau kerja harus cari muka ke atasan,” bebernya.
Praktik “menjilat” tentu tak hanya terjadi di perusahaan tambang. Jangankan di perusahaan swasta, di birokrasi pemerintahan saja banyak yang begitu.
Seiring waktu, AW mulai bisa menyesuaikan diri. Tuntutan pekerjaan juga mengharuskannya menjalin komunikasi yang baik dengan kolega.
Namun, ia tak menduga komunikasi yang lancar itu berujung pada lontaran perkataan dan sikap tak senonoh dari atasannya.
“Sampai ada sentuhan fisik dan pelecehan verbal. Menurutku itu tidak etis,” tegasnya.