Pampangan menggempur lagi. Datang dari hulu. Menumpuk, hingga menutup kolong Jembatan 9 November di Kecamatan Banjarmasin Tengah. Menghambat akses transportasi di Sungai Martapura.
***
Ada bantal, kasur, gelondongan batang pohon, bambu hingga eceng gondok. Semuanya menyatu. Sudah sejak Selasa (31/1) petang, ragam sampah tersebut ada di situ.
Mulanya, hanya menutup sebagian kolong jembatan. Perlahan namun pasti, pada Rabu (1/2) pagi, kolong jembatan di Kelurahan Pasar Lama itu sudah sepenuhnya tak bisa dilintasi.

Kondisi itu terjadi saban tahun.
“Berulang-ulang. Tapi saya rasa, ini pampangan paling parah yang pernah terjadi,” ujar Abdul Karim.
Abdul seorang petugas parkir yang berjaga di bawah jembatan yang terkenal dengan nama Jembatan Pasar Lama, itu.
“Yang kasihan motoris kelotok yang hendak melintas,” tambahnya.
Apa yang dituturkan Abdul itu tak keliru. Buktinya, dua motoris kelotok yakni Nurdin dan Sapran terpaksa menambatkan perahunya di pinggir sungai.
Tak mungkin nekat menerobos pampangan, kelotok bisa-bisa rusak.
“Saya sudah di sini sejak jam 9 pagi. Rencana mau ke Pasar Lima,” ujar Nurdin, kemarin (1/2) siang.
Nurdin membenarkan bahwa kondisi seperti ini sudah sering terjadi. Menurutnya butuh waktu yang lama agar kolong jembatan itu bisa kembali dilintasi.
“Saya pernah terpaksa meninggalkan perahu, kemudian memilih lewat jalan raya karena terjebak di sini,” tuturnya.
Nurdin juga bilang, sebenarnya bisa saja berputar balik dan mengambil jalur lain. Misalnya melalui jalur Pelabuhan Trisakti. Namun itu terlalu jauh.
“Dan perlu modal tambahan untuk bahan bakar,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan Sapran. Ia juga hendak menuju ke Pasar Lima. Namun laju perahunya terpaksa terhenti. Lantaran ada pampangan yang menghalangi.
“Biasanya, ada kapal besar yang membersihkan sampah di sungai. Tapi dari pagi tadi tidak terlihat,” ujarnya.
Kapal yang dimaksud Sapran adalah Kapal Sapu-sapu. Kapal itu biasa disewa alias dikontrak Dinas PUPR Banjarmasin untuk membebaskan sampah di sungai. Termasuk Pampangan.
Lalu, di mana kapal tersebut?
“Kapal Sapu-sapu, sementara waktu belum bisa dioperasionalkan. Sedang ada kendala,” ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sungai dan Drainase di dinas tersebut, Syafiq Huwaida.
Sebagai gantinya, puluhan Pasukan Turbo (Petugas Kebersihan Khusus, red) yang berada di bawah naungan Dinas PUPR Banjarmasin diterjunkan.
Dengan cara manual, alat seadanya, galah salah satunya, mereka berupaya menyibak pampangan. Agar akses transportasi sungai bisa melintas dengan leluasa.
Tak mudah ternyata. Pampangan yang menumpuk begitu tinggi dan tebal. Petugas bahkan bisa berdiri di atas tumpukan pampangan yang mengapung di sungai itu.
Namun, bukan berarti tak ada hasil. Di bagian pinggir kolong jembatan, pampangan berhasil disibak. Lalu, dihanyutkan ke arah Jembatan Antasari.
Di situ sudah ada pasukan turbo lainnya yang menunggu.
Agar tidak menutup jembatan tersebut, pasukan turbo mengangkut pampangan ke darat. Meletakkannya ke dalam bak truk atau pikap, kemudian dibawa Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Ada lima tim pasukan turbo yang kami turunkan. Dengan total keseluruhan, 45 personel. Khusus di bawah Jembatan Pasar Lama empat tim, satu timnya lagi di bawah Jembatan Antasari,” tutup Syafiq. (war)
Pampangan Menyerbu Sungai di Banjarmasin, Perangkap Sampah Bakal Didesain Ulang