BANJARMASIN – Memasuki hari keempat (4/7) uji coba, pembelian BBM bersubsidi dengan aplikasi MyPertamina masih dikeluhkan.
Contoh di SPBU Benua Anyar, Banjarmasin Timur, truk dibiarkan membeli solar tanpa menunjukkan QR code.
Begitu pula pengemudi mobil yang tak diminta menunjukkan kode batang sebagai tanda berhak membeli Pertalite.

“Sudah habis akal. Setelah mengunggah data, eh keluar sendiri (dari aplikasi),” tutur Johan, sopir truk engkel yang mengaku berasal dari Sungai Jingah.
Dia sudah berkali-kali mencoba mendaftar. Keterangannya, sudah terdaftar. “Tapi barcode-nya tidak ada. Bingung jadinya,” tambahnya.
Saking jengkelnya, Johan meminta sistem ini agar dibatalkan. Alasannya, Pertamina jelas belum siap. “Jaka kada jadi (batal), menyusahkan saja,” imbuhnya.
Maka ia sudah setengah pasrah jika masa sosialisasi telah berakhir. “Siapa yang bertanggung jawab jika tak bisa terdaftar? Mau kerja tak bisa,” pungkasnya.
Sopir truk lainnya, Zainal meminta SPBU membuka posko khusus guna membantu para sopir yang gaptek. “Lihat sendiri, banyak sopir yang tak paham,” tukasnya.
Operator SPBU di sini membisikkan, sebenarnya alat pemindainya telah disiapkan. Mirip gesek debet. Persoalannya hanya disimpan saja.
“Belum ada perintah menggunakan. Saya juga tak berani mengutak-atik,” ujarnya seraya meminta namanya tak dikorankan.
Pantauan lain di SPBU Hasan Basri, Banjarmasin Utara, pengisian Pertalite dan Biosolar masih bebas seperti biasa. “Tak ada diminta. Semoga saja tak jadi. Merepotkan,” tutur Umar, Warga Alalak Selatan.
“Smartphone saya sampai hang (error) dan panas ketika mencoba memasukkan dokumen. Ujung-ujungnya keluar dari aplikasi,” keluhnya.
Di SPBU ini, antrean solar cukup panjang. “Saya tak dapat barcode. Padahal sudah mendaftar. Sopir yang lain juga mengaku demikian,” tandasnya. (mof/gr/fud)