BANJARMASIN – Kurang dari tiga pekan, Idul Adha tiba. Tapi stok hewan kurban di Kota Banjarmasin tinggal sedikit. Akibat mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang sapi.
“Pasokan dari Jawa Timur sudah disetop,” kata Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina.
Menurutnya, keputusan sulit ini harus diambil. Agar penularan PMK tak merebak di Kota Seribu Sungai. Pemko telah belajar banyak dari pandemi corona.

“Coba dihalangi. Jangan sampai kasus covid terulang,” tambahnya.
Menghadapi hari raya kurban umat Islam itu, Ibnu mengakui kondisi stok saat ini sangat rawan.
Mengacu data tahun-tahun lalu, kebutuhan hewan kurban di Banjarmasin mencapai 2 ribu ekor. “Sementara stok sekarang hanya 100 sampai 200 ekor,” sebutnya.
Namun, pasokan tak lantas disetop total. Beberapa daerah masih diizinkan mengirimkan hewan ternaknya ke Banjarmasin. Seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Madura.
Ibnu berharap, pasokan dari kabupaten tetangga di Kalsel bisa menutupi kebutuhan Banjarmasin.
“Dimaksimalkan pasokan sapi lokal dari Kabupaten Banjar dan Barito Kuala,” tukasnya.
Di Kalsel sendiri, kasus PMK sudah terdeteksi di Kabupaten Tanah Laut.
Pengetatan pintu masuk hewan ternak ini juga mengganggu harga di pasar. Pebisnis hewan sapi asal Banjarmasin, Suhidi membenarkan kenaikan harga tersebut.
“Sekarang harganya sudah naik. Kenaikannya Rp1 juta sampai Rp2 juta per ekor,” sebut pria bertubuh gempal itu.
“Memasukkan bibitnya saja susah. Makanya harganya jadi mahal,” tambahnya.
Perlu diketahui, PMK tidak menular pada manusia. Dampaknya lebih ke perekonomian, bukan kesehatan. Tapi bagi hewan ternak yang tertular, bisa memicu kematian. (gmp/az/fud)
