BANJARMASIN – Dari Januari hingga pekan pertama Februari, penderita demam berdarah dengue (DBD) di Banjarmasin sudah mencapai 95 orang.
Satu di antaranya, meninggal dunia. Fakta tersebut terungkap dalam rapat Komisi IV DPRD kota bersama Dinas Kesehatan Banjarmasin, kemarin (6/2).
“Yang meninggal dunia 1 orang pada bulan Januari tadi. Mudah-mudahan tak ada penambahan lagi,” harap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Banjarmasin, dr Dwi Atmi Susilastuti.

Pencegahan melalui pogging memang tak intens dilakukan pihak Dinkes saat ini. Pasalnya, dampak buruk dari kegiatan pogging tersebut terang Atmi akan berakibat buruk terhadap makhluk hidup di sekitar.
Pihaknya hanya intens dengan menyiapkan serbuk abate dan cairan bactivec yang berfungsi mematikan benih jentik.
“Dari sejumlah kasus yang kami temukan, memang ada jentik di rumah korban. Ini harus di basmi melalui serbuk abate,” terangnya.
Atmi menungkapkan, Kasus DBD di Kota Banjarmasin sebutnya cukup unik. Yang lebih banyak diserang malah orang dewasa.
“Hanya 1 orang yang berusia d bawah lima tahun. Sisanya orang dewasa. Bahkan ada yang berusia 43 tahun,” ujarnya.
Tak hanya itu, perumahan elit pun sebutnya tak menjamin terbebas dari kasus Demam Berdarah.
“Buktinya di perumahan mewah ditemukan kasus ini. Disana banyak bersarang nyamuk,” bebernya.
Penangnan DBD ini terangnya padahal bisa ditangani sejak dini. Dengan catatan. Masyarakat selalu memperhatikan tempat-tempat bersarangnya nyamuk.
“Kalau dibiarkan, akan mudah mereka (nyamuk dewasa) bertelur. Contohnya di perumahan elit tadi. Banyak jentik di ban-ban mobil,” terang Atmi.
Meningkatnya angka kasus DBD di Kota Banjarmasin, disayangkan para wakil rakyat. Anggota Komisi IV DPRD Banjarmasin, Mathari. Dia meminta Dinkes untuk lebih aktif lagi mencegah terjadinya DBD bahkan menyebar hingga berujung kematian.
Pihaknya juga meminta Dinkes untuk lebih aktif dan intens turun ke lapangan menyosialisasikan pencegahan agar kejadian ini tidak meluas dan mewabah.
“Sudah satu yang meninggal. Jangan sampai bertambah lagi,” cecarnya. (mof/at/nur)