BANJARMASIN – Sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Banjarmasin yang tergabung dalam organisasi massa LSISK yang melakukan perusakan aset DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali mendatangi gedung dewan, Rabu (10/10) tadi. Tapi kali ini bukan mau berunjuk rasa. Melainkan untuk meminta maaf.
Permohonan maaf itu tertuang dalam surat perjanjian damai antara mahasiswa Andri Budi Pratama, Abdul Hakim, M Iqbal Hambali dan Fahrianoor, anggota dewan yang diwakili Ketua DPRD Kalsel, Burhanuddin, Wakil Ketua DPRD Asbullah dan Sekwan Antung Mas Rozaniansyah.
Perwakilan dari LSISK, Jimmy menuturkan sikap kesatria yang ditampilkan dia dan rekan-rekan ini tidak ada tekanan atau suruhan dari pihak manapun. Apalagi dari kampus tempat mereka menimba ilmu. “Kami datang ke sini untuk bersilaturahmi sekalian melakukan permohonan maaf,” kata Jimmy kepada wartawan.

Jimmy mengakui apa yang dilakukan dia dengan rekan-rekannya saat itu sudah melanggar hukum. Karena itu meski aksi yang dilakukan adalah menyuarakan kebenaran, jika itu suatu kesalahan pihaknya akan berjiwa besar memohon maaf. Tapi menurutnya aksi tersebut tidak direncanakan melainkan secara spontan.
“Kalaupun kami demo menyuarakan kebenaran kalau melakukan kesalahan dan tidak mau meminta maaf berarti ada kesombongan di diri kami, makanya kami datang ke sini memohon maaf,” tuturnya.
Meski sudah berdamai, bukan berarti sebagai mahasiswa pihaknya akan berhenti menyuarakan aspirasi masyarakat. Jimmy meyakinkan dia dan rekan-rekan mahasiswa tetap akan melakukan aksi. “Tapi caranya lebih elegan, misalnya audiensi,” katanya.
Menurut Wakil Ketua DPRD Kalsel, Burhanuddin pihaknya sudah memberikan maaf kepada para mahasiswa. Menurutnya mahasiswa sebagai penerus bangsa dan bisa menjadi corong atau pembawa aspirasi masyarakat memang diperlukan. Namun dia berharap ke depan jangan sampai terulang kembali. “Semoga dalam menyampaikan aspirasi dapat lebih elegan sehingga tidak menimbulkan perusakan,” harapnya.
Dekan Fakultas Syariah, Jalaludin berharap kepada mahasiswa jika ingin menyampaikan aspirasi bisa dengan pertemuan seperti ini. Tidak perlu melakukan aksi unjuk rasa. “Unjuk rasa itu terlalu banyak mengeluarkan energi, tidak perlu itu, mending sambil silaturahmi saya kira lebih bagus. Permohonan maaf yang dilakukan mahasiswa ini murni pemikiran dari mahasiswa. “Tidak ada tekanan, murni dari mereka,” katanya. (gmp)